Burung terbang

Kamis, 27 Mei 2010

Isu Nepotisme di Perpustakaan UMB

Perpustakaan UMB kini telah ‘cantik’.perbaikan dilakukan mulai dari penampilan maupun pelayanan. Namun



Perpustakaan yang awalnya terletak di lantai dua gedung C kini pindah tempat di lantai 5 tower UMB. Alasan pemindahan tempat dimaksudkan untuk memberikan wajah baru bagi perpustakaan. Perbaikan mulai dilakukan dari pelayanan hingga fasilitas yang tersedia. Fasilitas seperti loker dan meja baca jauh lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan sistem pelayanan kini terbuka sehingga mahasiswa dapat leluasa mencari buku yang diinginkannya sendiri tanpa harus membuka komputer terlebih dulu.
Staff yang dipekerjakan di perpustakaan Universitas Mercu Buana (UMB) berjumlah dua belas orang; sebelas orang bekerja di perpustakaan UMB Meruya dan satu orang di UMB Menteng, disinyalir melakukan nepotisme dalam hal perekrutan stafnya. Ketika perihal tersebut dikonfirmasikan pada pihak perpustakaan, baik staf maupun Kepala perpustakaan itu sendiri, menampik tudingan tersebut. Mereka menjelaskan, bahwa perekrutan staf perpustakaan dilakukan oleh Biro Sumber Daya Manusia (BSDM). “Perekrutan dilakukan oleh BSDM, jadi tidak mungkin jika terjadi nepotisme di perpustakaan,” jelas Winnie Kresnowiati selaku Kepala Perpustakaan UMB.
Pihak BSDM membenarkan hal tersebut. “Perekrutan memang dilakukan oleh pihak kami (Baca: BSDM),” ujar Natalia Santoso selaku Kepala BSDM. Sebelum dapat bekerja sebagai staf tetap perpustakaan, calon staf harus menjalani segala macam tes, terdiri dari wawancara, tes komputer dan psikotes. Hanya orang-orang dengan hasil tes tertinggi (disesuaikan dengan posisi yang diingingkan) yang dipilih menjadi karyawan UMB, termasuk staf perpustakaan. Selama 3-4 tahun terakhir, BSDM menggunakan sistem kontrak dalam hal perekrutannya.
Dia pun menambahkan, bahwa staf-staf tetap yang bekerja di perpustakaan saat ini adalah orang-orang yang lama bekerja di perpustakaan. Wajah-wajah baru yang ada di perpustakaan memang merupakan mahasiswa magang.
Tetapi, Natalia juga menambahkan, bahwa selama menjabat Kepala BSDM, tepatnya sekitar awal Januari 2009, pihaknya belum melakukan perekrutan kembali untuk staf perpustakaan. “BSDM memang bertugas untuk melakukan seleksi untuk setiap calon karyawan UMB, tidak hanya untuk perpustakaan saja,” jelasnya lanjut.
Nandy Waluyo selaku staf tetap perpustakaan berbeda pendapat. Dia menjelaskan, bahwa ada beberapa staf perpustakaan yang masih memiliki hubungan darah satu sama lain, namun mereka yang masih memiliki hubungan persaudaraan itu hanya sebatas saudara jauh.
Nepotisme kecilan-kecilan mungkin terjadi saat perekrutan mahasiswa yang ingin magang di perpustakan. Seperti yang diutarakan oleh Winnie, “Perekrutan mahasiswa magang dilakukan dari mulut ke mulut saja.” Dia menjelaskan, bahwa setiap mahasiswa magang yang sedang sibuk skripsi tidak boleh lagi magang di perpustakaan. Mahasiswa tersebut harus mencari seorang temannya untuk direkrut menjadi staf magang dengan diberitahu sistem kerjanya terlebih dahulu. “Hal ini kami lakukan agar mahasiswa tersebut dapat mengetahui job desk-nya ketika menjadi mahasiswa magang,” ungkapnya ketika ditemui di ruang kerjanya.

Buku-buku yang terdapat di perpustakaan saat ini semakin bertambah jumlahnya. Sekalipun tiap tahun masih terdapat buku perpustakaan yang hilang. Namun, hal tersebut tertutup oleh penambahan buku yang terus dilakukan oleh pihak perpustakaan. Banyak pihak mempertanyakan mengenai banyaknya buku sumbangan dari alumni UMB yang tidak jelas keberadaanya. Hal itu disanggah oleh Nandy Waluyo, “Buku dari alumni masih ada, tetapi ada juga yang rusak,” jelasnya.
Winnie pun sependapat dengan Nandy. Dia berujar bahwa memang terdapat buku-buku yang hilang setiap tahunnya, tetapi tidak ada ciri yang menjelaskan jika buku yang hilang itu buku sumbangan dari alumni. “Semua data buku yang terdapat di perpustakaan dimasukkan kedalam data base, jadi tidak ada seorangpun yang dapat memastikan bahwa buku yang hilang adalah buku sumbangan alumni,” tegasnya.
Nandy pun menambahkan bahwa saat ini banyak buku yang mengalami kerusakan, baik buku yag berasal dari sumbangan alumni maupun pembelian. Hal ini dikarenakan banyaknya buku yang terlalu sering di fotocopy oleh mahasiswa. Masih menurutnya, kualitas kertas buku-buku tersebut saat ini lebih jelek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Perpustakaan sendiri telah menyumbangkan buku kurang lebih sebanyak 1.800 eksemplar kepada UMB Yogyakarta. Buku-buku yang disumbangkan merupakan buku-buku yang sudah tidak terpakai lagi di UMB Meruya, tetapi masih layak digunakan.
Mahasiswa pun dibuat bingung dengan penggunaan uang denda yang diberikan pihak perpustakaan apabila ada mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku. Winnie menjelaskan bahwa uang denda tersebut langsung disetorkan kepada pihak Biro Administrasi Keuangan (BAK) . “Karena sistem saat ini sudah on-line, jadi semua uang denda langsung disetorkan ke BAK,” katanya. *Ratna

 
Edited Design by Ali Nardi | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes