Burung terbang

Rabu, 30 Desember 2009

Janji Dekanat di Malam Minggu

Akreditasi Program studi Teknik Informatika turun, dekanat angkat bicara. Janji – janji ditebarkan , harapan dan ancaman mahasiswa pun jadi jaminannya.

Sabtu malam (7/11) pukul 19.00 WIB ratusan mahasiswa teknik informatika baik reguler maupun kelas karyawan berbondong-bondong datang ke aula UMB dengan membawa spanduk bertuliskan “Kembalikan Akreditas Kami / tutup.” Kedatangan mereka dimaksudkan untuk memenuhi undangan Dekanat perihal turunnya Akreditasi TI. Selain mahasiswa aktif turut hadir pula para alumni yang meramaikan suasana.
Diskusi yang berdurasi dua jam ini dimoderatori oleh Bambang Jokonowo selaku wakil dekan. Awalnya suasana begitu dingin dan senyap, Namun ketika Mustafa Arnanto (Baca:Dekan TI) membacakan sebab-sebab penurunan akreditasi suasana berubah menjadi panas dan moderatorpun membuka ruang bertanya bagi mahasiswa untuk menetralisir suasana.
Panji Pratomo mahasiswa TI ’06 Reguler menjadi mahasiswa pertama yang mengajukan pertanyaan, ia mempertanyakan tentang kesungguhan para pejabat dekanat dalam menjalankan tugasnya. Selain itu ia menegaskan bahwa pernyataan yang tertulis dalam spanduk itu memang ditujukan untuk para dekanat yang seharusnya bertanggung jawab atas masalah ini. Panjipun menyinggung tentang keberadaan dekan yang begitu jarang hadir dikampus, ia menganalogikan “fasilkom ini adalah kereta bapak adalah masinisnya, bagaimana kereta ini mau jalan kalo keretanya sering ditinggal oleh masinisnya,” ujar Panji. Mananggapi pertanyaan tersebut dekan menyinggung tentang organisasi tertinggi mahasiswa,”lalu bagaimana dengan organisasi kalian?” ujar Dekan. Ia mengatakan tidak perlu mempersoalkan tentang keberadaan seseorang, tapi seharusnya mahasiswa fokus ikut membantu dalam memperbaiki keadaan.
Setelah Panji, Tri Sulistio mahasiswa TI ’07 reguler mempertanyakan mengenai rencana jangka pendek yang akan dilakukan oleh kampus, hal ini Di jawab oleh dekan dengan wacana – wacana yang telah tersusun diantaranya akan adanya penambahan dosen tetap dalam waktu dekat ini, pelaksanaan riset dosen akan melibatkan mahasiswa dan akan dilakukan pengabdian masyarakat baik berupa jurnal maupun seminar.
Pernyataan tersebut didukung oleh Devi Fitriah selaku dosen tetap yang sementara waktu menggantikan Abdusy syarif sebagai kepala Program Bidang Studi. Ia mengumumkan hasil rapat dengan pihak rektorat, pada tahun pertama terhitung september 2009 akan ada penambahan empat orang dosen tetap dan akan berlanjut pada tahun berikutnya enam dosen dan tahun ketiga lima dosen tetap jadi selama tiga tahun total 15 dosen tetap sebagai langkah perbaikan. Keputusan ini mengacu pada salah satu faktor penurunan akreditasi yaitu rasio dosen dengan mahasiswa tidak seimbang, seharusnya rasio 1:30 (Baca: satu dosen mengajar 30 mahasiswa). Pada kenyataannya di UMB enam dosen tetap harus mengayomi 1800 mahasiswa.
Hal ini ditanggapi oleh salah satu alumni TI yang hadir, ia menyayangkan sikap kampus yang baru menambah jumlah dosen setelah ada penurunan akreditasi, sejak tahun 1999 jumlah dosen di TI tidak pernah ada penambahan, “apabila itikad baik itu ada, setidaknya dari tahun 1999 satu tahun ada satu dosen baru.” Keluhnya.
Setiyono mahasiswa TI PKK angkatan 11 angkat bicara. Menurutnya ini sebagai unsur bisnis yang dilakukan oleh pihak kampus, ia menganggap pihak kampus terlalu memaksakan jumlah mahasiswa yang masuk tanpa mempertimbangankan kemampuan kampus itu sendiri, ”Kalo Bapak tidak mampu menyediakan banyak dosen ,kenapa bapak berani menerima banyak mahasiswa, kalo mau bisnis , bisnislah yang bersih.” Ujarnya dengan tatapan menghakimi. Ia pun menambahkan , bahwa mereka masuk TI UMB karena akreditasi TI ‘B’ , dengan ada penurunan ini maka ia mempertanyakan kompensaasi yang akan di berikan oleh kampus, terlebih bagi mahasiswa yang sebentar lagi akan lulus. Menanggapi hal itu dekan menjawab bahwa hal itu diluar kewenangannya, “ kita berbenturan dengan marketing.” Jelasnya.
Agung wiseso TI ’06 Reguler menekan kampus untuk menambah jumlah dosen secara signifikan bila kampus memang benar – benar beritikad baik dalam menanggapi hal ini, namun hal ini di mentahkan oleh Bambang Jokonowo selaku wadek, ia mengaku bahwa ia yang bertanggung jawab sebagai tim perekrut dosen baru, ia menjelaskan bahwa begitu sulitnya mencari dosen tetap dijakarta, selain harus mencari dosen yang memiliki kriteria yang sesuai dengan standarisasi yang di terapkan UMB, “kita pun harus saingan dengan kampus lain yang juga membutuhkan penambahan dosen.” Tukasnya.
Mahasiswa pun menerima janji pihak dekanat tentang penambahan dosen, dan pada tahun kedua nanti yaitu tahun 2011 jumlah dosen akan bertambah samapi 15 orang, dan pihak kampus pun akan mengajukan banding apabila dirasa telah mampu dan terjadi kenaikan signifikan dalam perbaikan fasilitas. Mahasiswa pun akan mengadakan pemantauan terhadap tindakan kampus, dan mereka pun meminta pihak kampus memberikan laporan perkembangan itu per tiga bulan. *Dimas

penegakan hukum VS Citra UMB

“Karena kalau kita putus kerjasama, akan merusak citra UMB. Sementara dari unit itu kan perlu kita lindungi tentang agreement-nya,” ujar Magito.

Terhitung, ini adalah tahun kedua festival Universitas Mercu Buana (UMB) diselenggarakan oleh pihak HUMAS di bawah naungan Direktorat Pemasaran UMB. Festival ini mengangkat tema Go succes with diversity. Mengenai konteks tema itu, Irmulan Sati selaku Kepala Biro HUMAS dan Customer Care yang merangkap ketua panitia festival UMB ini menjelaskan, remaja saat ini harus mulai diberikan edukasi sejak dini tentang keberagaman, agar mereka bisa terbiasa melihat sesuatu dari perspektif berbeda. Terutama konteks etnis, budaya dan pola pikir. “Di festival UMB ini semua di create dalam bentuk sport, sains, seni dan green environment,” katanya.
Seperti tahun sebelumnya, acara ini dimeriahkan oleh berbagai perlombaan tingkat SMA/SMK se-Jabotabek. Dari mulai Volley Ball Competition, Basket 3 on 3 Competition sampai perlombaan marawis menjadi bagian dari acara tersebut. Tak hanya itu, bazar makanan dan beraneka cendera mata juga ikut memeriahkan festival yang diadakan dari 16 – 30 Nopember 2009 ini.
Tak dipungkiri, bazar tersebut mengundang banyak animo mahasiswa mengunjungi tiap-tiap stand yang ada di atrium UMB itu. Salah seorang mahasiswa mendukung adanya bazar ini. Selain bisa menarik masyarakat luar untuk masuk dalam ruang lingkup UMB, juga dapat mengefisiensikan waktu belanja mahasiswa. “Bazarnya untuk kita belanja-belanja jadi dekat, sedikit refreshing kan juga perlu,” kata Anggita Aprilda, Broadcast ’08.
Di lain sisi, menuai kontra perihal bazar, khususnya makanan. Pasalnya, peruntukan area yang dijadikan tempat bazar tersebut tidak sesuai dengan peraturan yang selama ini dikumandangkan pihak yang paling bertanggungjawab, Biro Manajemen Gedung dan Sarana (BMGS). Achmad Syahlan, anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) SWATALA mengutarakan perihal bazar makanan, untuk substansi acara khususnya bazar makanan terlihat ada kesenjangan antara pihak kampus dan mahasiswa. “Gue nggak setuju ada bazar makanan gini. SWATALA pernah jalanin bazar makanan dan itu nggak dibolehin sama pihak kampus. Akhirnya bazar yang udah dibuat cuma ada stand-standnya aja, tapi nggak ada yang isi,” tukasnya.
Menanggapi hal itu, Magito selaku Kepala BMGS angkat bicara. Ada yang perlu diketahui teman-teman di lembaga mahasiswa, ada yang tidak sesuai dengan peruntukan area bazar. Dan ini sedang disiapkan surat peraturan sementara, karena walaupun itu institusi di UMB, tentu alokasi tentang peruntukan area semuanya akan kita berlakukan sama, “baik itu untuk lembaga mahasiswa maupun unit yang terkait menopang promosi dan kegiatan di kampus ini,” ujarnya.
Sejalan dengan peraturan peruntukan area yang masih simpang siur ini, Irmulan Sati mengakui adanya teguran yang dilakukan pihak BMGS kepada penyelenggara festival (Baca: Direktorat Marketing), meskipun sebelumnya pihak HUMAS, BMGS dan Kemahasiswaan telah bersinergi. BMGS memberi teguran pada Direktorat Marketing karena terdapat bazar berkaitan dengan makanan. “Sebenarnya BMGS hanya mempersoalkan penjual makanan yang menggunakan kompor gas, karena takut menimbulkan kebakaran kalau terjadi apa-apa,” katanya. Mengenai peraturan baku peruntukan area, Ia menambahkan, pasca peneguran BMGS kemarin (17/11), bazar akan tetap berjalan sesuai kesepakatan pihak eksternal (Baca: Event Organizer) dengan HUMAS UMB. “Karena BMGS sendiri belum ada peraturan tertulis berkaitan dengan mekanisme pengelolaan bazar, dan itu baru akan dikeluarkan 1 Januari 2010,”ujarnya. Ia pun berkilah, “Kalau bazar ini kita stop, nanti akan memperburuk citra UMB sendiri.”
Joko Sugiharjo selaku Kepala Bagian Pengendalian Kegiatan Mahasiswa, mengamini peraturan peruntukan area tersebut yang baru akan dikeluarkan 1 Januari 2010 mendatang. Pertanggal 1 Januari 2010 akan dikeluarkan Surat Keputusan (SK) oleh BMGS yang mencakup seluruh peraturan kampus. Di antaranya peraturan dilarang merokok di area kampus, lokasi-lokasi membuka bazar makanan untuk UKM ataupun pihak kampus sendiri dan juga penempatan jika ada acara musik, penyewaan aula serta fasilitasnya juga. “Saat ini peraturannya sekedar lisan saja, karena mengeluarkan SK itu juga butuh proses, tidak langsung begitu saja keluar SK-nya,” katanya. Mengenai peneguran BMGS kepada Direktorat Marketing, Ia menambahkan, pihak BMGS menegur pihak pemasaran karena memang ada masakan yang menggunakan kompor gas, dan itupun sebelumnya pihak BMGS dan kemahasiswaan tidak tahu dan baru terlihat kemarin (17/11). “BMGS dan pemasaran memberi solusi, agar makanan itu sudah siap saji ketika dijual di UMB, tanpa perlu dimasak lagi. Tetap tidak kami bubarkan, karena demi menjaga nama baik UMB juga,” ujarnya.
Tidak saja pihak Direktorat Pemasaran yang mendapat teguran dari BMGS. Penjual makanan di bazar itu yang notabene tidak tahu-menahu soal larangan tersebut, juga terkena teguran. Pasalnya, masih ada dari mereka yang menggunakan kompor gas pasca teguran ke Direktorat marketing tersebut. “Sempet mau angkat kaki juga dari sini karena nggak boleh pake kompor. Padahal kan pertamanya nggak ada peraturan kaya itu,” kata Dea, salah seorang pedagang combro. Ia mengaku, telah membayar biaya sewa tempat untuk sepuluh hari ke depan dengan biaya perharinya seratus ribu rupiah. Ia menambahkan, peneguran pihak kampus hari rabu (18/11). “Saya sih nggak tahu menahu urusan tidak boleh menggunakan kompor, nggak mungkin gorengan udah dingin gini ada yang beli.”
Dalam hal ini, pihak kantin UMB yang sangat merasa dirugikan, mengeluhkan perihal bazar makanan itu. Mereka menyayangkan pihak universitas menggelar bazar makanan pada festival UMB tahun ini. Realitanya, di UMB sendiri sudah tersedia kantin. “Kalau di atrium ada bazar makanan juga, otomatis kantin sepi pembeli dan omzet kita pun turun,” ujar seorang penjual makanan di kantin UMB yang enggan menyebutkan namanya. Perihal laporan ke pihak universitas, Ia menambahkan, mengenai bazar makanan sudah dilaporkan pihak kantin kepada universitas, namun sampai saat ini (18/11) belum ditanggapi sama sekali.
Magito mengakui, ada beberapa lembaga mahasiswa dan banyak pihak (termasuk kantin) mengeluhkan adanya bazar “makanan basah” di atrium yang sifatnya public area yang digunakan untuk diskusi, istirahat mahasiswa, browsing dan lainnya. Jelas dengan dengan kondisi sekarang ini tentu sangat mengganggu. “Jadi, memang aturan ini agak simpang siur,” tukasnya jujur. Mengenai SK khusus peruntukan area kampus, Ia menambahkan, saat ini BMGS sedang menyusun Work Instructions (WI) untuk mengatur semua fasilitas kampus untuk bisa berjalan baik. Baik itu fungsi office room, ruang rapat lembaga mahasiswa dan universitas, kelas, lalu selasar A- B, koridor antara B-D dan khususnya selasar atrium UMB. Sehingga perlakuan terhadap lembaga mahasiswa dan instusi juga akan diberlakukan adil. Kita targetkan terhitung mulai 1 Januari 2010, seluruh penataan area zona ini akan kita berlakukan adil. “Kalau itu diizinkan untuk universitas tentu akan diizinkan pula pada lembaga mahasiswa,” imbuhnya.
Mengenai tindakan ke depan BMGS untuk bazar makanan ini, seperti diungkapkan Magito, ini terkait dengan kesepakatan antara ketua festival dengan Event Organizer. “Karena kalau kita putus kerjasama akan merusak citra UMB. Sementara dari unit itu kan perlu kita lindungi tentang agreement-nya,” ujar Magito.
*RizalMohamad

Jumat, 16 Oktober 2009

Keputusan itu Tak Mudah

Mediasi yang dilakukan pihak kemahasiswaan dengan kelembagaan mahasiswa antar fakultas dan beberapa UKM tak kunjung menemukan titik terang. Pasalnya tuntutan mahasiswa menyelengarakan Dunia Kampus (DK) setelah lebaran, adalah ‘Harga Mati.’


Mediasi yang dilakukan pihak kelembagaan mahasiswa, fakultas serta seluruh UKM di Universitas Mercu Buana (UMB) tak kunjung membuahkan hasil Win-win solution dengan pihak kemahasiswaan. Pasalnya pihak kemahasiswaan tidak menerima tuntutan mahasiswa untuk menyelenggarakan Dunia Kampus (DK) setelah hari raya idul fitri nanti. Pihak kemahasiswaan menilai tuntutan ini terlalu mengada-ngada dan jauh dari perijinan pihak rektorat. “Saya tidak berhak menyetujui atau tidaknya tuntutan ini sebelum memberikan laporan kepada direktur kemahasiswaan dan rektor, tapi Saya yakin pasti tuntutan ini dimentahkan oleh rektor,” ujar Rahman sebagai divisi pengendalian kegiatan kemahasiswaan.

Mendengar hasil dari mediasi yang dilakukan pada Rabu (19/08), sehari sebelum briefing OSKAS untuk fakultas ilmu komunikasi (FIKOM) dan fakultas teknik sipil (FTSP), pihak gabungan mahasiswa yang menamakan ‘aliansi mahasiswa’ tersebut menyatakan keras menolak opsi yang diajukan oleh kemahasiswaan dan Dunia Kampus dilaksanakan setelah lebaran adalah harga mati dari mahasiswa. Pasalnya, opsi tersebut berisi bahwa pihak mahasiswa diperbolehkan menggunakan dua hari terakhir OSKAS untuk full kegiatan mahasiswa tanpa intervensi acara universitas. “Kami dari kemahasiswaan sudah memberikan titik temu terbaik dengan memberikan waktu dua hari untuk mahasiswa. Namun pihak mahasiswa masih bersikeras menolaknya,” ujar Rahman.

Aksi menolak OSKAS secara paksa pun akhirnya tak terelakkan lagi. Kamis (20/08) saat acara briefing untuk persiapan OSKAS dari calon mahasiswa FIKOM dan FTSP yang berlangsung di aula UMB, perwakilan mahasiswa dari tiap fakultas berdemonstrasi di luar aula menentang penghentian acara tersebut. Pasalnya pihak kemahasiswaan dan rektorat tidak memperdulikan aspirasi mahasiswa. Praktis, bentrok antar mahasiswa dengan pihak keamanan pun terjadi. Sebagian fasilitas kampus seperti tempat sampah rusak akibat kejadian tersebut. Danu, salah seorang demonstran mengungkapkan, “Kita disini tidak akan anarkis seperti ini jika hak mahasiswa tidak ditiadakan seperti ini. Kami seperti ini karena suara kami sudah tidak didengar lagi oleh pihak kemahasiswaan,” Tukasnya semangat.

Ketegangan pun mencair setelah Rahman, perwakilan dari kemahasiswaan turun untuk bernegosiasi kembali dan kali ini dengan pihak rektorat. Praktis acara yang semula dikoordinir dari pihak kemahasiswaan diambil alih oleh para kelembagaan dan UKM. Sontak, para calon mahasiswa pun kaget dengan pengambil alihan acara tersebut. Ali-alih para mahasiswa dari berbagai kelembagaan itu sambil menunggu keputusan dari mediasi dengan pihak rektorat.

Di lain sisi perwakilan dari kelembagaan mahasiswa dan UKM bermediasi dengan Suharyadi selaku rektor UMB didampingi staff kemahasiswaan dan direktur kemahasiswaan Hadri mulya.. Pihak mahasiswa tetap bersikeras menyuarakan aspirasinya kepada rektor, tuntutan mereka kali ini terpecah menjadi dua suara, Roby arya perwakilan mahasiswa dari BEM FIKOM menuntut sama seperti konsep pertama yaitu mengadakan DK setelah lebaran, dan dari pihak Randy Eka perwakilan dari BEM FTSP meminta agar selama sembilan hari OSKAS, tiga hari terakhir acara untuk universitas, fakultas dan UKM. Kedua tuntutan ini masih perlu dipertimbangkan lebih dulu. “Saya akan mengevaluasi lebih lanjut tuntutan ini bersama dengan pihak kemahasiswaan dan para dekan. Setelah keputusan jadi, sudah tidak bisa diganggu gugat lagi oleh siapapun termasuk mahasiswa,” ujar Suharyadi.

Sementara calon mahasiswa yang berada di aula belum dipulangkan oleh aliansi mahasiswa sampai melewati jam pulang yang telah ditetapkan yaitu pukul 12.00 WIB. Tak ada tindakan berarti dari pihak kemahasiswaan dengan kejadian itu sebelum menunggu hasil keputusan rektor dan para jajarannya. Di acara tersebut seluruh perwakilan lembaga mahasiswa mengumumkan bahwa akan diadakan DK setelah lebaran nanti dan setelah OSKAS selesai mereka (baca: calon mahasiswa) harus mengenakan baju lengan panjang putih dan celana panjang hitam sampai pelaksanaan DK nanti. Ironisnya, hampir setengah dari jumlah mahasiswa kurang lebih 800 orang itu menyetujui pelaksanaan DK tersebut. Sebagai simbolis menyetujui usul yang diberikan pihak mahasiswa, tiap calon mahasiswa tersebut harus menandatangani bagian belakang tanda peserta OSKAS yang mereka pakai.

Selang beberapa menit setelah pengumuman DK, banyak dari calon mahasiswa menyatakan keberatannya atas pelaksanaan DK dan peraturan kostum yang ditetapkan aliansi mahasiswa. Mereka menganggap kebijakan ini terlalu memberatkan mahasiswa baru dengan mengadakan pengenalan kampus dalam dua acara yang berjauhan rentang waktunya. Tika calon mahasiswa desain grafis ’09 mengungkapkan keluh kesahnya, “Acara sekarang ini tidak jelas konsepnya apa plus bosenin banget. Dan masalah DK habis lebaran Saya tidak setuju, karena setelah OSKAS ini kan kita semua sudah menjadi mahasiswa, tapi kenapa harus dilantik ulang lagi. Saya takut itu hanya ospek ilegal saja,” ujarnya.

Berbeda dengan yang diungkapkan Tika, Haya calon mahasiswa broadcasting ’09 mendukung penuh acara DK yang akan diselenggarakan setelah lebaran itu. “Saya setuju kalau habis lebaran, karena kan kalau puasa itu jadi tidak maksimal kita mengikuti segala acara yang ada dan kebersamaan juga pasti jadi tidak kompak,” tuturnya. Haya juga menambahakan kalau acara yang sekarang diambil alih oleh mahasiswa itu jadi seperti acara tidak terkonsep. “Acara saat ini bener-bener tidak jelas dan ngebosenin. Padahal di jadwal sekarang ini hanya briefing buat OSKAS aja.”

Sekitar pukul 14.30 WIB aliansi mahasiswa dan pihak rektorat beserta kemahasiswaan kembali bermediasi. Dalam mediasi kali ini adalah pemberitahuan hasil keputusan rektor dengan para dekan beserta pihak kemahasiswaan yang telah dievaluasi kepada pihak mahasiswa. Hasil keputusan menetapkan bahwa pihak rektorat memberikan kebijakan selama kegiatan OSKAS sembilan hari, dua hari terakhir penuh dipergunakan untuk fakultas dan UKM tanpa intervensi dari kegiatan OSKAS yang sudah berlangsung selama enam hari sebelumnya. “Keputusan ini diputuskan berdasarkan hasil rembukan antara saya, para dekan dan kemahasiswaan, dan ini tidak bisa di ganggu gugat lagi,” tukas Suharyadi kepada forum.

Dalam keputusan tersebut aliansi mahasiswa tidak langsung menyetujui begitu saja keputusan yang diberikan pihak rektorat dan jajarannya tersebut. Mahasiswa meminta waktu untuk berkonsolidasi kembali dengan seluruh pihak kelembagaan mahasiswa yang memang tidak ikut dalam mediasi saat itu atau berada di luar ruangan. Mediasi kembali berlanjut sekitar pukul 16.45 WIB dan dalam mediasi kali ini menjadi puncak selesainya semua permasalahan. Pihak mahasiswa menyetujuai hasil keputusan rektorat dengan satu ajuan syarat lagi yaitu saat acara fakultas yaitu tanggal 29 Agustus 2009, harus diadakan buka puasa bersama. “Disaat itu kami akan mengeratkan kebersamaan seluruh fakultas kepada adik-adik kami,” jelas Randy dalam forum. Pihak rektorat akan mempertimbangkan kembali mengenai hal tersebut dan segera memberi konfirmasi kepada pihak mahasiswa. *Rizal

Dinamika Penyambutan Mahasiswa Baru UMB

Pergantian nama Dunia Kampus (DK) secara sepihak dan minimnya keterlibatan lembaga dalam OSKAS 2009, bukanlah hal pertama kali di UMB. Apakah penyambutan kali ini merupakan pengulangan sejarah masa lalu?

Kebudayaan dalam menyambut mahasiswa baru selalu dilakukan oleh semua civitas akademik di kampus. Kebudayaan yang terus bergulir dan mengalami beberapa perubahan tentunya menjadi sebuah cerita yang menarik untuk ditelisik. Seperti budaya perpeloncoan dan pengojlokan fisik yang dilakukan terhadap mahasiswa baru di tahun 1970-an yang dikenal dengan Masa Prabakti Mahasiswa ( MAPRAM). Penyambutan metoda seperti ini dinilai melewati batas kewajaran karena melibatkan kegiatan fisik yang berlebihan, sehingga nama MAPRAM berubah menjadi Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK).
Pergantian nama ini ditenggarai oleh Surat Keputusan Mendikbud (mendiknas-red) No.0125/U/1979, yang menyatakan pelarangan terhadap bentuk perpeloncoan fisik dalam pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru. Kemudian disusul dengan dikeluarkannya surat edaran dari Dirjen Dikti No. 651/D/U/1985, tanggal 2 April 1985 yang intinya menyatakan bahwa mulai tahun 1985 perpeloncoan fisik dihapuskan secara tuntas dari lingkungan kampus.
Sejarah UMB mencatat, tepatnya pada tahun 1981 Yayasan Menara Bhakti membuka Akademi Wiraswasta Dewantara (AWD). Penyambutan di AWD sendiri berlangsung pada tahun pembukaannya dan dilaksanakan oleh para staf pengajar. Pada saat itu OSPEK sendiri dinamakan “Kontrak Belajar” yang diikuti oleh 150 mahasiswa pertama dan metodanya berupa Bimbingan Mahasiswa. Sistem yang berlangsung pada tahun 1983-1984 ini, berisikan perjanjian komitmen mahasiswa tentang masa studi tepat waktu yang ditandatangani oleh mahasiswa tersebut dihari terakhir kegiatan penyambutan.
Ketika UMB dibuka pada tahun 1985, kegiatan OSPEK mahasiswa UMB dan AWD dilakukan bersamaan serta pelaksanaannya pun masih ditangani oleh staf pengajar dari keduanya. Kegiatan ospek ini dilakukan di luar kampus, tepatnya di villa Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Dan yang menarik dari kegiatan tersebut adalah keikutsertaan pihak marinir yang ditugaskan untuk melatih kedisiplinan para mahasiswa.
Tahun 1987, Ospek mahasiswa AWD dan UMB dipisah berdasarkan institusi masing-masing. Keterlibatan mahasiswa dalam Ospek pun lebih besar walaupun masih ada staf pengajar yang terlibat. Tapi, Satu tahun kemudian kepercayaan penuh diberikan kepada mahasiswa untuk melakukan Ospek tanpa campur tangan dari pihak pengajar. Pada tahun ini pula AWD sudah tidak menerima mahasiswa baru lagi.
Pada tahun 1989, AWD digabungkan ke UMB. Karena pendidikan mahasiswa AWD sudah selesai sepenuhya dan mereka pun turut mendukung penggabungan ini. Perihal penyambutan mahasiwa baru, biro kemahasiswaan mengganti ospek dengan Orientasi Pendidikan (ORDIK). Dan era perpeloncoan fisik dikalangan mahasiswa barupun dimulai lagi. Sampai dengan tahun 1993 tidak ada perubahan dalam Ordik. Namun banyak komentar dari para mahasiswa sebelum tahun 1993 bahwa Ordik tidak sekeras mereka.
Babak baru Ospek di UMB mulai terjadi lagi di tahun 1996. Yang mana berdasarkan surat keputusan dari DIKTI yang menginstruksikan kepada seluruh PUREK III seluruh Indonesia utuk mengambil sebagian peran mahasiswa dalam penyelenggaraan Ospek. Dengan kewenangan tersebut maka pihak kampus pun kembali mengubah nama Ordik menjadi Pekan pengenalan Studi dan Kampus (PPSK). Kontroversi keputusan inpun bergulir, Sebagian besar mahasiswa tidak setuju terhadap keputusan DIKTI yang menyatakan bahwa PUREK III harus menjadi ketua PPSK untuk tingkat Univesitas, Pembantu Dekan III di tingkat Fakultas dan dosen sebagai koordinator seksi-seksi yang ada. Keputusan Dirjen Dikti ini seperti ingin mengembalikan era Ospek di tahun-tahun awal berdirinya AWD dan UMB yang mana mahasiswa hanya mendapatkan porsi tertentu.
Namun Rohandi, alumni UMB tahun 1998 yang juga staff Dirmawa menjelaskan bahwa kegiatan PPSK berjalan dengan lancar, “ mahasiswa tetap sebagai penyelenggara acara, jadi gak ada masalah tentang Ospek pada waktu itu”, jelasnya.
Masa PPSK berlangsung hingga tahun 1999, dan pada masa itu pula perpeloncoan fisik masih ditemukan. Pada awal millenium baru, tahun ajaran 2000 pergantian nama Ospek pun kembali terjadi dari PPSK menjadi Dunia Kampus (DK). Dan sekali lagi berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas no : 38/DIKTI/kep/2000 kegiatan Ospek berganti nama dari Dunia Kampus(DK) . Pada masa ini mahasiswa kembali dipercaya sepenuhnya untuk melakukan kegiatan DK.
Diawal tahun ajaran baru 2009/2010 polemik mengenai Ospek pun kembali bergulir. Berdasarkan Notulen Kajian Manajemen ( Minutes of Management Review, MoMR ) tanggal 31 Juli 2009 nama Dunia Kampus(DK) dirubah menjadi OSKAS (Orientasi Studi Kampus dan Spiritual). Keputusan setebal tiga halaman dengan notulis A. Rahman ini memutuskan kegiatan OSKAS diambil alih oleh pihak PUREK III (Dirmawa) sebagai panitia penyelenggara acara. Dan kembali lagi mahasiswa hanya mendapatkan porsi tertentu untuk pelaksanaan OSKAS ini.
Keputusan yang dinilai secara sepihak ini pun banyak dikecam oleh mahasiswa, Karena dianggap mematikan hak-hak mahasiswa untuk melakukan penyambutan mahasiswa baru. Dan puncaknya, melalui aksi demonstrasi yang digelar didepan rektorat (20/8), mahasiswa menuntut agar ikut dilibatkan seutuhnya dalam acara ini. Akhirnya A. Rahman yang mewakili pihak dirmawa menyetujui aspirasi mahasiswa untuk terlibat dalam OSKAS, setelah dengar pendapat bersama rektor UMB, Suharyadi.(sumber: bank data ORIENTASI) *Rusdi

Bongkar Pasang OSKAS pada Menit Terakhir

Rencana OSKAS semula banyak ditentang banyak lembaga dan Unit Kegiatan Mahasiswa karena terlalu subjektif dalam penyusunannya. Bongkar pasang OSKAS atas desakan mahasiswa sering terjadi di menit terakhir.

Penyambutan mahasiswa baru 2009 kali ini mengalami fase baru. Mulai dari peralihan Nama Dunia kampus (DK) menjadi Orientasi Studi Kampus dan Spiritual (OSKAS) serta minimnya keterlibatan lembaga mahasiswa dalam menyambut “adik-adik” barunya. Tentunya perubahan ini mengundang respon yang kurang baik dari kelembagaan dan Unit kegiatan Mahasiwa (UKM) UMB.
Ketika ditanyakan, Rahman selaku ketua pelaksana OSKAS dalam dengar pendapat (11/08) bersama seluruh UKM menjabarkan mahasiswa tetap dilibatkan namun waktuya yang terbatas. Ia menjelaskan, OSKAS kali ini terbagi dalam tiga tahap setiap tahapnya ada tiga hari utnuk dua fakultas. Pengalokasian waktu tiga hari yaitu, satu hari untuk UKM dan Lembaga mahasiswa untuk mempresentasikan kegiatannya dan dua hari berikutnya untuk pelatihan ESQ bagi mahasiswa baru. Lanjutnya, peran BEM Fakultas sepenuhnya diserahkan pada acara fakultas dan UKM serta DPM akan dilibatkan menjadi Badan Pengawas (BP) diacara ini sesuai dengan Notulis Kajian Manajemen ( MoMR).
Rahman melanjutkan, alasan fundamental format OSKAS kali ini dikarenakan kedudukan OSKAS sebagai acara universitas. BEM Universitas yang sedang terjadi kekosongan kekuasaan membuat Direktorat Kemahasiswaan (DIRMAWA) tidak berani untuk melibatkannya. Namun, hal ini membuat UKM dan lembaga mahasiswa semakin resah, dikarenakan ada beberapa acara yang mendeskreditkan UKM dan lembaga. Diantara adalah durasi pengenalan UKM yang terlalu singkat serta singkatnya pengenalan fakultas. Pada akhirnya, tuntutan dari para UKM khususnya terlempar ke hadapan Rahman. Lima tuntutan ( baca tabel) UKM berakhir nihil. Jawaban yang diterima hanya penambahan waktu lima menit kepada para UKM.
Konsolidasi UKM dan Lembaga mahasiswa tingkat fakultas kembali terjalin. UKM yang merasa tuntutannya tidak terpenuhi dan BEM fakultas yang waktunya dikerdilkan akhirnya sepakat bersatu untuk berdiskusi bersama DIRMAWA (18/08). Tapi, Rahman tetap tak bergeming, ia tetap teguh pada pendiriannya, “OSKAS adalah acara UMB,” tegasnya. Pernyataan OSKAS yang diharapkan membawa mahasiswa ke arah yang lebih baik dan sesuai keinginan orang tua mereka,menjadi lanjutan penjelasan Rahman. Proses dialektika menjadi panas ketika ucapan ketua pelaksana OSKAS ini menegaskan bahwa acara ini adalah acara UMB. Spontan mahasiswa yang merasa hasil dari diskusi tersebut nihil, keluar ruangan sambil meneriakan “UMB bukan Mahasiswa.”
Cristian ’03 FTSP menyatakan, hal tersebut imbas dari vacum of power di kelembagaan BEM universitas dan MPM , sehingga kampus melakukan hal ini, ini pun menjadi satu bukti bahwa lunturnya jiwa keorganisasian di mahaiswa saat ini. Di temui saat musyawarah besar ikatan alumni mercu buana (17/08) Hadri Mulya pun angkat bicara mengenai ini, menurutnya tak ada pihak mana pun yang tersingkirkan, di acara ini semua pihak tetap terlibat , ketua DIRMAWA ini pun menyatakan bahwa semua ini untuk kebaikan semua pihak..
Dalam kasus ini kelembagaan mahasiswa menyatakan menolak untuk ikut berpartisispasi daam OSKAS. Kesepakatan ini akan di teriakan dalam aksi mereka, dan mengancam memboikot OSKAS apabila teriakan meraka tidak di dengar. Mahadita selaku ketua MPM periode 2008-2009 pun menyatakan sikap untuk menolak kegiatan ini ia menganggap ini adalah bentuk interversi kampus terhadap student government.
Esok hari UMB telah penuh dengan baner yang menyatakan penolakan terhadap OSKAS, akhirnya pada konsolidasi mahasiswa pada 19 agustus pukul 22.00 WIB. Konsolidasi tersebut didatangi Rahman, pada pertemuan tersebut ia pun menyerah dan bersedia untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa pada Rektor , karena ia tidak punya wewenang dalam perubahan acara ini. Direncanakan pada 20 agustus mahasiswa akan bertemu langsung dengan rektor untuk membahas tuntutan mereka.
Puncaknya pada 20 agustus aksi penolakan OSKAS pun terjadi, luapan emosi dan kekecewaan terhadap kebijakan kampus meledak dalam aksi ini. Mahasiswa yang tergabung dari beberapa fakultas dan UKM terharu biru dan bersatu dalam balutan warna hitam. Menanggapi ini Rahman menyatakan bahwa aksi seperti ini sebetulnya tidak perlu terjadi, karena menurutnya ia telah menawarkan solusi yang cukup baik untuk mahasiswa, namun ia mengaku bahwa masih besarnya perbedaan pendapat.
Setelah sekitar dua jam aksi, perwakilan mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk bertemu Rektor. Roby broadcast ’06 memulai mediasi dengan membacakan tuntutan kepada rektor yang berisi pelaksanaan DK pasca idul fitri, dengan alasan “ kami tidak mau menggangu ibadah mereka.” Ujarnya. Rektor dengan nada yang meninggi namun masih terkontrol menjawab bahwa DK atau pengenalan kampus harus diadakan sebelum mahasiswa baru tersebut masuk kedalam perkuliahan.
Tuntan berikutnya adalah meminta agar DK dikembalikan ketangan mahasiswa. Suharyadi tetap menolak, karena mangacu pada keputusan DIKTI , bahwa DK adalah wewenang penuh rektorat, “ Jadi tidak ada lagi DK itu wewenang mahasiswa.” Tegasnya. Setelah itu ia menyatakan untuk mempertimbangkannya kembali dan mahasiswa diminta untuk menunggu hasil keputusan yang dikeluarkan, dengan catatan keputusan tersebut adalah keputusan terakhir dan tak bisa diganggu gugat. Namun, Sebelum meninggalkan ruangan rektor,perwakilan mahasiswa menegaskan bahwa selama keputusan tersebut tidak berpihak kepada mahasiswa maka acara OSKAS akan diboikot.
Dalam masa menunggu keputusan rektor, massa aksi tetap menahan mahasiswa baru yang berada didalam aula. Keputusan Rektor menghasilkan solusi tentang waktu ESQ yang tetap dan terdiri dari tiga tahap, dimulai 23 agustus sampai 28 agustus. Sedangkan, DK akan diadakan pada hari terkahir yaitu 29-30, dengan kesepakatan 29 agustus untuk fakultas dan jurusan lalu pada 30 agustus untuk demonstrasi UKM. Solusi tersebutpun disepakati massa aksi. *Dimas

Mencukil Cerdas dalam OSKAS

Metoda pembangunan karakter dengan nilai luihur memang agak susah didapat di sembarangan tempat. Selain harus ditempat yang kondusif, ternyata prasarana serta motivator pun harus berkualitas. ESQ 165 yang digawangi Ary Ginanjar diundang untuk menularkan ilmu dan kecerdasannya pada mahasiswa baru UMB. Sepadankah dengan hasil yang diharapkan?

Seperti namanya, Emotional Spiritual Quetion atau biasa disingkat ESQ merupakan pelatihan peningkatan kecerdasan emosi sekaligus kecerdasan spiritual seseorang. Metode ESQ ini diperkenalkan oleh Ary Ginanjar Agustian lewat lembaga bernama The ESQ Way 165. Tujuannya adalah membangun karakter masyarakat berdasarkan tujuh nilai luhur. Nilai-nilai itu berupa jujur, disiplin, tanggung jawab, visioner, kerja sama, dan adil serta peduli.
Untuk kedua kalinya, ESQ 165 kembali memberikan wejangan ‘jalan lurus’nya kepada mahasiswa baru (maba) Mercu Buana. Tidak seperti Dunia Kampus (DK) tahun lalu, tahun ini ESQ punya space khusus dalam penyambutan kali ini dengan nama Orientasi Studi Kampus dan Spiritual (OSKAS). Rencana awalnya, ESQ akan diberikan kepada maba dalam tiga tahapan. Tahap 1 bagi Fikom dan FTSP tanggal 24-25 Agustus, tahap 2 untuk FE dan FTI tanggal 27-28 Agustus, dan tahap 3 untuk FPsi dan Fasilkom tanggal 30-31 Agustus. Sekitar 2 bulan sebelumnya, pihak rektorat telah merancang OSKAS. Mulai dari penanganan tempat untuk sekitar 2000 mahasiswa, konsep acara, kepanitiaan dan seterusnya. Untuk ESQ sendiri bertempat di Aula Rektorat mulai dari pukul 08.00 s.d. pukul 17.00.
Namun, rancangan rektorat ini harus dihadapkan pada student government yang tiba-tiba mengamuk. Ketika itu, briefing maba tanggal 20 Agustus Rektor UMB, Suharyadi bersama segenap kelembagaan UMB menyepakati untuk merubah konsep OSKAS. ESQ pun akhirnya dilaksanakan pada tanggal 23-28 Agustus secara berturut-turut dalam 3 tahap fakultas yang sama seperti sebelumnya.
Seperti disinggung sebelumnya bahwa ESQ kali ini punya space khusus, Hadri Mulya selaku Kepala Kemahasiswaan beralasan DK sekarang berbenturan dengan Ramadhan. Maba dan para panitia tentu akan merasa lelah dan capek jika banyak beraktivitas seperti DK yang biasa. “Alangkah baiknya jika Ramadhan ini diisi dengan ESQ”, kata Hadri.
Rendy Pangalila, salah seorang trainer mengatakan bahwa ESQ ini diperlukan bagi para pemuda. Supaya pemuda khususnya mahasiswa benar-benar dapat memegang nilai-nilai kehidupan. Mereka juga bisa menyadari untuk apa mereka kuliah. “Nantinya kan mereka yang memimpin dan mengelola bangsa ini.” tutur Rendy.
Sejatinya, ESQ tidaklah benar-benar untuk kalangan Islam. Ary Ginanjar membuka untuk umum bagi siapa saja yang ingin melatih kecerdasan emosi dan spiritualnya. Hanya saja Ary menggunakan konsep dan metode yang bersumber dari ajaran Islam. Nama ESQ 165 diambil dari inti dasar Islam, yaitu ikhsan, rukun iman, dan rukun Islam. Metode ini tidak serta merta membuat penganut agama lain merasa terdoktrin, karena metode yang diberikan berupa pengembangan dari inti dasar tersebut. Dimana lembaga ini telah diterima di empat dari lima benua. Mulai dari Singapura sampai Jepang, Belanda, Amerika, Australia hingga New Zealand.
Agung Setiawan, Maba Broadcast 2009 mengakui ESQ ini adalah kegiatan yang bagus. Isinya berupa perenungan yang menyinggung tentang diri kita dan Pencipta. “Di dalam semuanya pada nangis.” ungkap Agung.
Tapi ada juga yang merasakan hal yang berbeda. Putri Fitriani, Maba FTSP 2009 berpendapat acara ini terlalu lama, sehingga membosankan. Ia pun tidak hadir pada hari kedua. “Sebenarnya nggak ngebetein, kita diajak ketawa, nangis, ketawa lagi, nangis lagi. Jadinya basi.” celotehnya.
Tentunya, ESQ ini tidaklah murah. Tarif biasanya ialah 650 ribu rupiah per orang selama tiga sampai empat hari. Rendy menjelaskan mengapa mahal, dikarenakan fasilitas yang digunakan tidak sederhana. Terlihat ada empat layar berukuran besar, juga sound system yang lengkap. “Bukannya kita tidak ikhlas, fasilitasnya aja setaraf konser supaya suaranya lebih punya power. Ini juga kan untuk investasi lembaga.” jelasnya.
Namun dengan sedikit tawar menawar antara rektorat dengan ESQ 165, tarifnya menjadi 170 ribu rupiah per orang. Jumlah maba yang mencapai 2.810 orang menjadi bargaining kampus yang tinggi. Hadri menuturkan, harga yang 170 ribu itu ditanggung sepenuhnya oleh kampus dengan anggaran universitas. *Rizki

Selasa, 13 Oktober 2009

Kebijakan kampus yang terlambat diberlakukan.

Penerangan gedung pusat kegiatan mahasiswa (PUSGIWA) yang mulanya 24 jam, kini hanya sampai pukul 10 malam.

Penerangan yang semula terealisasi 24 jam kini sudah tidak lagi. Pasca liburan hari raya idul fitri 1430H pihak UMB menetapkan sistem pemadaman listrik terjadwal dalam rangka penghematan energi. Seluruh pelataran gedung UMB kampus Meruya kini setiap pukul 10 malam sudah tidak menampakan keindahan sinar lampunya lagi. Terkecuali daerah pengamanan di lantai dasar.

Pusgiwa yang semula diperuntukan sebagai sarana pembelajaran mahasiswa sudah lama sudah beralih fingsi. Sebagian mahasiswa terutama yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sering terlihat menjadikan sarana tersebut sebagai penginapan (kost-Red). “Kampus ini kan untuk media pembelajaran, bukan penginapan. Saya kira waktu operasional dari pukul 6 pagi sampai 10 malam cukup,” kata Purwanto selaku direktur keuangan dan manajemen aset.

Pemberlakuan kebijakan pun menuai kejanggalan dengan fakta di lapangan. Rahman, selaku kepala biro administrasi kemahasiswaan dan hubungan alumni menuturkan, kenbijakan sistem pemadaman terjadwal sudah diberlakukan sejak gedung pusgiwa berdiri, bukan hanya baru sekarang ini. “Kita punya konsep pusgiwa itu office our, artinya bukan untuk kost, menginap atau melampaui batas ketentuan UMB, bukan seperti itu fungsinya,” katanya. Komparasi kebijakan kampus lain, ia menambahkan, tentunya tidak hanya kita saja yang memberlakukan pemadaman terjadwal ini. “Kampus lain juga begitu seperti TRISAKTI dan UNAS,” pungkasnya.

Pemadaman terjadwal ini pun bisa saja tidak terjadi jika mahasiswa sedang ada kegiatan setelah sebelumnya meminta izin ke Direktorat kemahasiswaan (DIRMAWA). “Jika ada ijin sebelumnya ke pihak DIRMAWA bahwa ada kegiatan bersangkutan dengan kinerja UKM itu sndiri, baru kita tidak memadamkannya,” tukas Rahman. Tidak dengan izin sebelumnya, ia menambahkan, tidak perduli sedang ada kegiatan atau tidak, kalau memang tidak meminta izin sebelumnya ke DIRMAWA, listrik tetap dipadamkan. “Jadi kalau tidak ada izin sebelumnya, mau masih ada acara atau tidak, kalau sudah waktunya di padamkan, yah nggak ada urusan,” ujarnya.

Pemadaman terjadwal ini berkaitan masuknya UMB sebagai finalis Green Office, dengan salah satu program yaitu penghematan listrik. “Lagi krisis listrik begini, jadi saat jam operasional saja menyala, selain itu kita padamkan,” kata Purwanto. Ia pun menambahkan dengan membandingkan waktu semasa kuliah dulu. “Saya dulu juga aktivis mahasiswa, tapi nggak sampai tidur di kampus,” katanya. Ia juga meminta agar teman-teman mahasiswa mendiskusikannya. “Coba tolong di diskusikan dengan teman mahasiswa, memang beraktivitas apa sampai subuh. Cukuplah kampus sediakan fasilitas sampai jam 10 malam.” *Rizal

Minggu, 04 Oktober 2009

Mahasiswa UMB bangga memakai batik.

Never say you’re UMB students if you’re not wearing BATIK. Kalimat itu tertulis di spanduk besar yang terpampang dekat gedung rektorat Universitas Mercu Buana (UMB) ketika hak cipta batik ditetapkan UNESCO.


Suasana kampus berlogokan ‘api biru’ ini tampak tidak seperti hari biasanya. Mahasiswa yang menggunakan Batik saat itu mendominasi lingkungan kampus. Bukan tanpa tujuan mereka mengenakan batik hari itu (02/10). Sebelumnya, mahasiswa sudah mengetahui bahwa pada 2 Oktober 2009 seluruh rakyat Indonesia wajib mengenakan batik, karena hari itu pula ditetapkan Batik menjadi bagian dari 76 seni dan tradisi dari 27 negara yang diakui UNESCO dalam daftar warisan budaya tak benda melalui keputusan komite 24 negara yang bersidang di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab hingga Jumat (2/10), dikutip dari Kompas.Com.

Sebagai warga negara Indonesia khususnya keluarga besar UMB, mempunyai kebanggaan tersendiri saat batik ditetapkan sebagai warisan asli bangsa. “Moment seperti ini tidak boleh diabaikan. Ini adalah wujud penghargaan besar atas karya anak bangsa yang luar biasa,” tutur Rahman dosen politik UMB. Ia pun menambahkan, tujuan dari memakai batik di UMB sebagai wujud rasa bersyukur UMB terhadap legitimasi atas hasil karya batik itu. “Kami tidak menyuruh mahasiswa mengenakan batik dan bukan pula peraturan dari pemerintah, melainkan hanya himbauan saja.”

Sejumlah mahasiswa juga mendukung penetapan hak cipta batik tersebut. Kebanggaan tersendiri bagi yang mengenakan batik saat itu. “Selama ini kita mikir batik Cuma buat hadir di acara tertentu doang. Tapi nyatanya gue liat semua pakai batik keren-keren banget kok,” ujar Putri, Broadcasting ’09. Putri juga menyayangkan sebagian mahasiswa yang tidak mengenakan batik hari itu. “Rada kecewa sama mahasiswa yang nggak pakai batik. Gue aja bela-belain minjem ke saudara,” tambahnya.

Kesadaran akan rasa cinta tanah air masih minim dirasakan sebagian mahasiswa yang tidak mengenakan batik. Kekecewaan juga diutarakan Danang, Broadcasting ’08, “ Bukan orang Indonesia yang nggak pake batik,” tukasnya. Selain menyayangkan hal itu, ia pun sedikit kecewa dengan sikap Indonesia yang terkesan lamban dalam penetapan hak cipta batik tersebut. “Orang Indonesia kalau nggak ada rangsangan nggak bakal terespon, nunggu diklaim dulu nanti baru pada mencak-mencak.”

Tindakan lamban negara yang diutarakan Danang diartikan khusus sebagai kelemahan bangsa oleh Rahman. “Baru ditetapkan hak cipta setelah ada yang mengklaim adalah salah satu kelemahan Negara dalam mengapresiasikan nilai-nilai karya cipta anak bangsanya,” kata Rahman. Ia juga menuturkan contoh kasus dari kelemahan bangsa ini, misalnya tari pendet yang telah diklaim Malaysia karena tidak adanya tindakan preventif dari Indonesia. “Yang kita harus salahkan adalah departemen kehakiman dan HAM. Karena terlalu sulit mengadakan persyaratan hak paten tari pendet itu, padahal pemda Bali sudah mengusulkan,” tambahnya.

UMB juga berniat menetapkan setiap minggu atau bulannya mengenakan batik saat perkuliahan. Namun semua masih perlu dibicarakan lanjut. “Penetapan setiap minggu atau bulan memakai batik belum ditetapkan di UMB. “Namun untuk tanggal 5 dan 9 Oktober 2009 dihimbau pakai batik, tapi kali tidak wajib seperti sebelumnya,” tutur Rahman. Sebagian mahasiswa mendukung jika ditetapkan mengenakan batik secara rutinitas. Seperti yang diungkapkan Danang, “Saya mendukung penuh mengenakan batik di kampus, dan kalau bisa tiap minggunya ada hari khusus pakai batik,” tukasnya jelas.

Kebanggaan mengenakan batik sebagai warisan asli bangsa Indonesia memang harus dilakukan dari diri masing-masing individu. Bukan karena kerabat dekat ataupun keluarga sekalipun. “Kita pakai batik saat ini sudah menjadi kebanggaan internasional,” kata Rahman. *Rizal

Senin, 03 Agustus 2009

Pekan Orientasi Kado untuk Orientasi


Orientasi telah menginjak usianya yang ke 16, kado spesial disiapkan oleh anggotanya, suatu perayaan yang digelar satu minggu dengan Nama acara Pekan Orientasi, suatu kegiatan yang didalamnya begitu banyak acara yang terangkai.
dimulai dengan pembukaan Bazar buku pada tanggal 25 juli hari sabtu, dilanjutkan dengan pembukan pameran foto, dan pada hari senin tanggaal 27 kami mengadakan workshop jurnalistik bagi kawan - kawan pelajar SMU sederajat, langkah acara pun berlanjut kepada workshop cukil kayu yang di isi oleh kawan - kawan gerakan anti kapitalis.
bedah buku dan bedah film tidak ketinggalan dalam acra kami, turut mengundang kawan - kawan FPMJ , acara pun terasa begitu hangat.
dan pada puncaknya adalah dimana kami berkumpul dengan senior - senior kami terdahulu yang telah lulus, tak lupa diramaikan dengan ritual potong nasi tumpeng, suka cita dan dan ramainya senior yang datang (spek, tapi lumayanlah) mampu membayar kelelahan para panitia.

thank to :
bapak ketua panitia
orangtua yang mengizinkan kami untuk menginap
ipung anak voli
mamanya ratna yang dah masakin n mw2nya ngirim makanan tiap pagi
suara aneh diatrium
dan all kru yang dah kerja keras....
SEMANGAT..............MET ULTAH YA ORIENTASI

*Dimas

Rabu, 08 Juli 2009

Robot UMB Menari Di Jogja

.


Universitas Mercubuana kali ini mencoba kembali berprestasi dibidang akademik, dengan mengirim delegasi yang berasal dari fakultas teknik industri jurusan elektro, UMB mengikuti kontes robot dengan skup regional dan nasional.

Kategori yang diikuti pun beragam, dimulai dari tingkat regional yang mamiliki dua kategori yaitu Kontes Robot cerdas Indonesia (KRCI) dan Kontes Robot Indonesia (KRI) yang dituan rumahi oleh Universitas Indonesia (UI), dan kategori Nasional yang meliputi Kontes Robot Seni Indonesia (KRSI) yang dilaksanakan di Universitas Gajah Mada (UGM) , kontes robot yang memiliki tema “Travel Together The Victory Drums.” tema tersebut manjadi sebuah persyratan mutlak yaitu robot harus bisa melakukan manuver berupa memukul bedug untuk tipe robot kategori KRI sedangkan untuk tipe robot KRCI adalah robot pencari dan pemadam api.

Prosespengerjaan projek robot yang membutuhkan 5-6 bulan sampai tahap finishing , dan menghabiskan dana yang menyentuh angka 6-8 juta/unit , harga tersebut masih terbilang harga yang paling ekonomis, jika dibanding dengan peserta lain yang kisaran budget-nya sampai menyentuh angka 25-28 juta/unit, perbedaan yang mencolok ini bisa di pandang menjadi beberapa pandangan , bila berbicara prestasi kita yang di kategori KRSI masuk 12 besar nasional adalah suatu hal yang cukup membanggakan, karena UMB dengan budget minim masih mampu bersaing , namun apabila kita berbicara tentang keseriusan kampus dalam mensuport mahasiswanya berkreasi dan berprestasi ini menjadi suatu hal yang riskan , karena kemencolokan perbedaan budget yang begitu besar.

Prestasi yang cukup baik ini disambut gembira oleh pihak kampus , hal tersebut terbukti dengan banner yang dipasang di depan kampus yang menyambut atas prestasi yang dinilai baik ini. 12 besar nasional itu adalah sebuah prestasi yang cukup baik dibanding sebelumnya, bahkan UMB adalah satu – satunya peserta asal jakarta yang mampu bersaing di kategori KRSI , terlebih UI saja tidak mengirimkan robotnya dikategori ini, juga ITB yang notabene kampus asal dari tarian jaipong sendiri tidak mengirimkan robotnya, itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri.

Hal seperti ii akan rutin dilakukan dean menajdi program unggulan di jurusan elektro, beberapa tanggapan pun terlahir menanggapi hal ini, beberapa mahasiswa menilai UMB sudah mulai mempehatikan mahasiswa nya dalam meningkatkan prestasi dan berekspresi, senada dengan itu yudi (KAPRODI) menilai bahwa UMB begitu antusias dalam membantu proje ini, bahkan segala akomodasi dan transportasi pun UMB yang menanggungnya. Tidk hanya tanggapan positif yang merebak dikalangan mahasiswa , beberapa lainnya memiliki nada sumbang dengan pernyataan diatas, mereka menganggap UMB kurang serius dalam memfasilitasi mahasiswanya untuk berkreasi, terlihat dari budget yang tersdia begitu kecil , dibanding dengan kampus lain hal ini semoga menjadi bahan pertimbangan bagi pihak kampus agar tidak tanggung – tanggung dalam membantu mahasiswanya.sediain budget yang gede biar menang.

 
Edited Design by Ali Nardi | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes