Rencana OSKAS semula banyak ditentang banyak lembaga dan Unit Kegiatan Mahasiswa karena terlalu subjektif dalam penyusunannya. Bongkar pasang OSKAS atas desakan mahasiswa sering terjadi di menit terakhir.
Penyambutan mahasiswa baru 2009 kali ini mengalami fase baru. Mulai dari peralihan Nama Dunia kampus (DK) menjadi Orientasi Studi Kampus dan Spiritual (OSKAS) serta minimnya keterlibatan lembaga mahasiswa dalam menyambut “adik-adik” barunya. Tentunya perubahan ini mengundang respon yang kurang baik dari kelembagaan dan Unit kegiatan Mahasiwa (UKM) UMB.
Ketika ditanyakan, Rahman selaku ketua pelaksana OSKAS dalam dengar pendapat (11/08) bersama seluruh UKM menjabarkan mahasiswa tetap dilibatkan namun waktuya yang terbatas. Ia menjelaskan, OSKAS kali ini terbagi dalam tiga tahap setiap tahapnya ada tiga hari utnuk dua fakultas. Pengalokasian waktu tiga hari yaitu, satu hari untuk UKM dan Lembaga mahasiswa untuk mempresentasikan kegiatannya dan dua hari berikutnya untuk pelatihan ESQ bagi mahasiswa baru. Lanjutnya, peran BEM Fakultas sepenuhnya diserahkan pada acara fakultas dan UKM serta DPM akan dilibatkan menjadi Badan Pengawas (BP) diacara ini sesuai dengan Notulis Kajian Manajemen ( MoMR).
Rahman melanjutkan, alasan fundamental format OSKAS kali ini dikarenakan kedudukan OSKAS sebagai acara universitas. BEM Universitas yang sedang terjadi kekosongan kekuasaan membuat Direktorat Kemahasiswaan (DIRMAWA) tidak berani untuk melibatkannya. Namun, hal ini membuat UKM dan lembaga mahasiswa semakin resah, dikarenakan ada beberapa acara yang mendeskreditkan UKM dan lembaga. Diantara adalah durasi pengenalan UKM yang terlalu singkat serta singkatnya pengenalan fakultas. Pada akhirnya, tuntutan dari para UKM khususnya terlempar ke hadapan Rahman. Lima tuntutan ( baca tabel) UKM berakhir nihil. Jawaban yang diterima hanya penambahan waktu lima menit kepada para UKM.
Konsolidasi UKM dan Lembaga mahasiswa tingkat fakultas kembali terjalin. UKM yang merasa tuntutannya tidak terpenuhi dan BEM fakultas yang waktunya dikerdilkan akhirnya sepakat bersatu untuk berdiskusi bersama DIRMAWA (18/08). Tapi, Rahman tetap tak bergeming, ia tetap teguh pada pendiriannya, “OSKAS adalah acara UMB,” tegasnya. Pernyataan OSKAS yang diharapkan membawa mahasiswa ke arah yang lebih baik dan sesuai keinginan orang tua mereka,menjadi lanjutan penjelasan Rahman. Proses dialektika menjadi panas ketika ucapan ketua pelaksana OSKAS ini menegaskan bahwa acara ini adalah acara UMB. Spontan mahasiswa yang merasa hasil dari diskusi tersebut nihil, keluar ruangan sambil meneriakan “UMB bukan Mahasiswa.”
Cristian ’03 FTSP menyatakan, hal tersebut imbas dari vacum of power di kelembagaan BEM universitas dan MPM , sehingga kampus melakukan hal ini, ini pun menjadi satu bukti bahwa lunturnya jiwa keorganisasian di mahaiswa saat ini. Di temui saat musyawarah besar ikatan alumni mercu buana (17/08) Hadri Mulya pun angkat bicara mengenai ini, menurutnya tak ada pihak mana pun yang tersingkirkan, di acara ini semua pihak tetap terlibat , ketua DIRMAWA ini pun menyatakan bahwa semua ini untuk kebaikan semua pihak..
Dalam kasus ini kelembagaan mahasiswa menyatakan menolak untuk ikut berpartisispasi daam OSKAS. Kesepakatan ini akan di teriakan dalam aksi mereka, dan mengancam memboikot OSKAS apabila teriakan meraka tidak di dengar. Mahadita selaku ketua MPM periode 2008-2009 pun menyatakan sikap untuk menolak kegiatan ini ia menganggap ini adalah bentuk interversi kampus terhadap student government.
Esok hari UMB telah penuh dengan baner yang menyatakan penolakan terhadap OSKAS, akhirnya pada konsolidasi mahasiswa pada 19 agustus pukul 22.00 WIB. Konsolidasi tersebut didatangi Rahman, pada pertemuan tersebut ia pun menyerah dan bersedia untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa pada Rektor , karena ia tidak punya wewenang dalam perubahan acara ini. Direncanakan pada 20 agustus mahasiswa akan bertemu langsung dengan rektor untuk membahas tuntutan mereka.
Puncaknya pada 20 agustus aksi penolakan OSKAS pun terjadi, luapan emosi dan kekecewaan terhadap kebijakan kampus meledak dalam aksi ini. Mahasiswa yang tergabung dari beberapa fakultas dan UKM terharu biru dan bersatu dalam balutan warna hitam. Menanggapi ini Rahman menyatakan bahwa aksi seperti ini sebetulnya tidak perlu terjadi, karena menurutnya ia telah menawarkan solusi yang cukup baik untuk mahasiswa, namun ia mengaku bahwa masih besarnya perbedaan pendapat.
Setelah sekitar dua jam aksi, perwakilan mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk bertemu Rektor. Roby broadcast ’06 memulai mediasi dengan membacakan tuntutan kepada rektor yang berisi pelaksanaan DK pasca idul fitri, dengan alasan “ kami tidak mau menggangu ibadah mereka.” Ujarnya. Rektor dengan nada yang meninggi namun masih terkontrol menjawab bahwa DK atau pengenalan kampus harus diadakan sebelum mahasiswa baru tersebut masuk kedalam perkuliahan.
Tuntan berikutnya adalah meminta agar DK dikembalikan ketangan mahasiswa. Suharyadi tetap menolak, karena mangacu pada keputusan DIKTI , bahwa DK adalah wewenang penuh rektorat, “ Jadi tidak ada lagi DK itu wewenang mahasiswa.” Tegasnya. Setelah itu ia menyatakan untuk mempertimbangkannya kembali dan mahasiswa diminta untuk menunggu hasil keputusan yang dikeluarkan, dengan catatan keputusan tersebut adalah keputusan terakhir dan tak bisa diganggu gugat. Namun, Sebelum meninggalkan ruangan rektor,perwakilan mahasiswa menegaskan bahwa selama keputusan tersebut tidak berpihak kepada mahasiswa maka acara OSKAS akan diboikot.
Dalam masa menunggu keputusan rektor, massa aksi tetap menahan mahasiswa baru yang berada didalam aula. Keputusan Rektor menghasilkan solusi tentang waktu ESQ yang tetap dan terdiri dari tiga tahap, dimulai 23 agustus sampai 28 agustus. Sedangkan, DK akan diadakan pada hari terkahir yaitu 29-30, dengan kesepakatan 29 agustus untuk fakultas dan jurusan lalu pada 30 agustus untuk demonstrasi UKM. Solusi tersebutpun disepakati massa aksi. *Dimas
Jumat, 16 Oktober 2009
Bongkar Pasang OSKAS pada Menit Terakhir
08.56
ORIENTASI