Pergantian nama Dunia Kampus (DK) secara sepihak dan minimnya keterlibatan lembaga dalam OSKAS 2009, bukanlah hal pertama kali di UMB. Apakah penyambutan kali ini merupakan pengulangan sejarah masa lalu?
Kebudayaan dalam menyambut mahasiswa baru selalu dilakukan oleh semua civitas akademik di kampus. Kebudayaan yang terus bergulir dan mengalami beberapa perubahan tentunya menjadi sebuah cerita yang menarik untuk ditelisik. Seperti budaya perpeloncoan dan pengojlokan fisik yang dilakukan terhadap mahasiswa baru di tahun 1970-an yang dikenal dengan Masa Prabakti Mahasiswa ( MAPRAM). Penyambutan metoda seperti ini dinilai melewati batas kewajaran karena melibatkan kegiatan fisik yang berlebihan, sehingga nama MAPRAM berubah menjadi Orientasi Pengenalan Kampus (OSPEK).
Pergantian nama ini ditenggarai oleh Surat Keputusan Mendikbud (mendiknas-red) No.0125/U/1979, yang menyatakan pelarangan terhadap bentuk perpeloncoan fisik dalam pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru. Kemudian disusul dengan dikeluarkannya surat edaran dari Dirjen Dikti No. 651/D/U/1985, tanggal 2 April 1985 yang intinya menyatakan bahwa mulai tahun 1985 perpeloncoan fisik dihapuskan secara tuntas dari lingkungan kampus.
Sejarah UMB mencatat, tepatnya pada tahun 1981 Yayasan Menara Bhakti membuka Akademi Wiraswasta Dewantara (AWD). Penyambutan di AWD sendiri berlangsung pada tahun pembukaannya dan dilaksanakan oleh para staf pengajar. Pada saat itu OSPEK sendiri dinamakan “Kontrak Belajar” yang diikuti oleh 150 mahasiswa pertama dan metodanya berupa Bimbingan Mahasiswa. Sistem yang berlangsung pada tahun 1983-1984 ini, berisikan perjanjian komitmen mahasiswa tentang masa studi tepat waktu yang ditandatangani oleh mahasiswa tersebut dihari terakhir kegiatan penyambutan.
Ketika UMB dibuka pada tahun 1985, kegiatan OSPEK mahasiswa UMB dan AWD dilakukan bersamaan serta pelaksanaannya pun masih ditangani oleh staf pengajar dari keduanya. Kegiatan ospek ini dilakukan di luar kampus, tepatnya di villa Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Dan yang menarik dari kegiatan tersebut adalah keikutsertaan pihak marinir yang ditugaskan untuk melatih kedisiplinan para mahasiswa.
Tahun 1987, Ospek mahasiswa AWD dan UMB dipisah berdasarkan institusi masing-masing. Keterlibatan mahasiswa dalam Ospek pun lebih besar walaupun masih ada staf pengajar yang terlibat. Tapi, Satu tahun kemudian kepercayaan penuh diberikan kepada mahasiswa untuk melakukan Ospek tanpa campur tangan dari pihak pengajar. Pada tahun ini pula AWD sudah tidak menerima mahasiswa baru lagi.
Pada tahun 1989, AWD digabungkan ke UMB. Karena pendidikan mahasiswa AWD sudah selesai sepenuhya dan mereka pun turut mendukung penggabungan ini. Perihal penyambutan mahasiwa baru, biro kemahasiswaan mengganti ospek dengan Orientasi Pendidikan (ORDIK). Dan era perpeloncoan fisik dikalangan mahasiswa barupun dimulai lagi. Sampai dengan tahun 1993 tidak ada perubahan dalam Ordik. Namun banyak komentar dari para mahasiswa sebelum tahun 1993 bahwa Ordik tidak sekeras mereka.
Babak baru Ospek di UMB mulai terjadi lagi di tahun 1996. Yang mana berdasarkan surat keputusan dari DIKTI yang menginstruksikan kepada seluruh PUREK III seluruh Indonesia utuk mengambil sebagian peran mahasiswa dalam penyelenggaraan Ospek. Dengan kewenangan tersebut maka pihak kampus pun kembali mengubah nama Ordik menjadi Pekan pengenalan Studi dan Kampus (PPSK). Kontroversi keputusan inpun bergulir, Sebagian besar mahasiswa tidak setuju terhadap keputusan DIKTI yang menyatakan bahwa PUREK III harus menjadi ketua PPSK untuk tingkat Univesitas, Pembantu Dekan III di tingkat Fakultas dan dosen sebagai koordinator seksi-seksi yang ada. Keputusan Dirjen Dikti ini seperti ingin mengembalikan era Ospek di tahun-tahun awal berdirinya AWD dan UMB yang mana mahasiswa hanya mendapatkan porsi tertentu.
Namun Rohandi, alumni UMB tahun 1998 yang juga staff Dirmawa menjelaskan bahwa kegiatan PPSK berjalan dengan lancar, “ mahasiswa tetap sebagai penyelenggara acara, jadi gak ada masalah tentang Ospek pada waktu itu”, jelasnya.
Masa PPSK berlangsung hingga tahun 1999, dan pada masa itu pula perpeloncoan fisik masih ditemukan. Pada awal millenium baru, tahun ajaran 2000 pergantian nama Ospek pun kembali terjadi dari PPSK menjadi Dunia Kampus (DK). Dan sekali lagi berdasarkan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas no : 38/DIKTI/kep/2000 kegiatan Ospek berganti nama dari Dunia Kampus(DK) . Pada masa ini mahasiswa kembali dipercaya sepenuhnya untuk melakukan kegiatan DK.
Diawal tahun ajaran baru 2009/2010 polemik mengenai Ospek pun kembali bergulir. Berdasarkan Notulen Kajian Manajemen ( Minutes of Management Review, MoMR ) tanggal 31 Juli 2009 nama Dunia Kampus(DK) dirubah menjadi OSKAS (Orientasi Studi Kampus dan Spiritual). Keputusan setebal tiga halaman dengan notulis A. Rahman ini memutuskan kegiatan OSKAS diambil alih oleh pihak PUREK III (Dirmawa) sebagai panitia penyelenggara acara. Dan kembali lagi mahasiswa hanya mendapatkan porsi tertentu untuk pelaksanaan OSKAS ini.
Keputusan yang dinilai secara sepihak ini pun banyak dikecam oleh mahasiswa, Karena dianggap mematikan hak-hak mahasiswa untuk melakukan penyambutan mahasiswa baru. Dan puncaknya, melalui aksi demonstrasi yang digelar didepan rektorat (20/8), mahasiswa menuntut agar ikut dilibatkan seutuhnya dalam acara ini. Akhirnya A. Rahman yang mewakili pihak dirmawa menyetujui aspirasi mahasiswa untuk terlibat dalam OSKAS, setelah dengar pendapat bersama rektor UMB, Suharyadi.(sumber: bank data ORIENTASI) *Rusdi
Jumat, 16 Oktober 2009
Dinamika Penyambutan Mahasiswa Baru UMB
09.00
ORIENTASI