Burung terbang

Kamis, 27 Mei 2010

Kurikulum Baru, Harapan Baru

UMB gencar melakukan perbaiakan. Kini giliran kurikulum berbasis kompetensi yang dipilih UMB untuk memajukan kegiatan belajar mengajar di kelas.


Berbagai usaha dilakukan UMB untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas, mulai dari pembangunan gedung, perbaikan sarana dan fasilitas serta penerapan kurikulum baru pada lingkup akademis yang diberlakukan pada tahun ajaran 2009/2010. Penggantian kurikulum lama yaitu kurikulum inti ke kurikulum berbasis Kompetensi (KBK) dimaksudkan untuk menuntut peserta didik lebih aktif dan inovatif dalam proses belajar di kelas. Fungsi pengajar sendiri sebagai fasilitator dan pembicara peserta didik dalam pemahaman materi. Selain itu KBK dirancang sebagai penyempurna kurikulum 1994.
Tim KBK itu sendiri berasal dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) yang beranggotakan Endrotomo, Institut Teknologi Surabaya (ITS); Siluy Dewayanti, Universitas Gadjah Mada (UGM); dan Illah Sailah, Institut Pertanian Bogor (IPB). Mereka telah melakukan pelatihan dan seminar untuk para Kepala program bidang studi (Kaprodi) dan dosen. Pelatihan dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertama, di Dirjen Dikti Pusat, Menteng. Kedua, pada 22 – 23 Januari 2009 di Ruangan C-219 UMB.
Rifda, salah seorang dosen pengajar di Fakultas ilmu komunikasi membenarkan perihal seminar tersebut. “Kami (Baca: pihak dosen) telah diberikan pelatihan berupa seminar dalam dua kali pertemuan, baik dari pihak Dikti maupun pihak UMB“, katanya.
Pemberlakuan KBK ini pun mendapat respon positif dari beberapa civitas akademik UMB. Salah satunya Anwar Prabu selaku Dekan Fakultas Psikologi. ia mengungkapkan, pemberlakuan KBK di UMB ini sangat positif dalam proses pengajaran mahasiswa. Diharapkan dalam penerapannya mahasiswa bisa mengeksplorasi dan mengembangkan materi yang diberikan dosen. “Sistem KBK sebenarnya pengajaran yang tidak hanya dilakukan di kelas, tapi juga di luar kelas,” jelasnya.
Bagi sebagian jurusan, KBK bukanlah hal tabu. Pasalnya, telah menerapkan sejak kehadiran jurusan itu sendiri. Nurprapti Widyastuti, Kaprodi Komunikasi Visual mengungkapkan, ia sangat menyambut positif pemberlakuan KBK. “Sebenarnya jurusan komunikasi visual sistem KBK bukanlah hal baru. Karena sejak awal kita sudah menerapkan sistem tersebut, terutama mata kuliah praktek” tukasnya. Mengenai peruntukan KBK, ia melanjutkan, KBK ini hanya diperuntukan mahasiswa angkatan 2009 diseluruh jurusan. “Jadi, materi pembelajaran direvisi kembali sesuai standar kurikulum KBK,” ucapnya.
Senada dengan Nurprapti, Srijanti, Direktur Akademik UMB menjelaskan, KBK di Perguruan Tinggi sebenarnya sudah diinstruksikan Dirjen Dikti sejak 2002 silam. Namun, penerapannya baru memungkinkan dilaksanakan pada tahun ajaran 2009/2010. “Universitas menerapkan KBK hanya untuk angkatan 2009 dan seterusnya, karena tidak memungkinkan untuk mengganti kurikulum pada angkatan sebelumnya,” tukasnya.
Respon dari mahasiswa angkatan 2009 pun beragam. Seperti Aris Trimurfi, mahasiswa Broadcast ’09 menyambut dengan antusias dengan diberlakukannya kurikulum KBK ini. Menurutnya selama dua bulan masa perkuliahan yang telah ia jalani, sistem KBK berjalan dengan baik dan lancar. “Gue ngerasa enjoy-enjoy aja dengan sistem KBK sekarang, dan nggak ngerasa terbebani juga untuk aktif di kelas,” ungkapnya santai.
Berbeda dengan Aris, Adi Kusniadi mahasiswa Tehnik Informatika ’09 mengungkapkan tentang belum maksimalnya pemberlakuan sistem KBK dalam perkuliahan “sebenarnya gue setuju banget dengan sistem KBK, tapi kalau prakteknya dikelas yang gue rasain belum maksimal. Soalnya tetap aja dosen yang lebih aktif dari pada mahasiswanya”, ujarnya. Selebihnya ia berharap semoga pelaksanaan KBK dalam pekuliahan dalam berjalan lebih baik lagi.
KBK di Perguruan Tinggi.
Sebelum penetapan kurikulum KBK. Sebagian besar Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Kurikulum Inti. Dan definisi Kurikulum Inti Berdasarkan SK Mendiknas No.045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi mengemukakan "Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu". Sehingga sebenarnya penerapan sistem Kompetensi bukanlah hal yang baru dalam jenjang pendidikan tinggi.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum yang mulai diterapkan pada tahun 2004 sebagai penyempurnaan dari kurikulum nasional 1994. Dalam kurikulum ini menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dikuasai lulusan.
Mengenai KBK sendiripun telah diatur pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 yang menetapkan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa. Dalam Surat Keputusan tersebut dikemukakan struktur kurikulum. berdasarkan tujuan belajar (1) Learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be. Bersasarkan pemikiran tentang tujuan belajar tersebut maka mata kuliah dalam kurikulum perguruan tinggi dibagi atas 5 kelompok yaitu: (1) Mata. kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) (2) Mata Kuliah Keilmuan Dan Ketrampilan (MKK) (3) Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) (4) Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan (5) Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB).
Di UMB sendiri perencanaan dan penyusunan KBK sudah dilakukan sejak 2008. Abdusy Syarif selaku Kaprodi Teknik Informatika sekaligus tim penyusun KBK mengutarakan mengenai perencanaan kurikulum KBK. “Dalam penyusunan kurikulummaupun bahan ajar KBK ini kita kebut. Rancangannya pun tidak sampai setahun,” jelasnya. *Rizky/Rusdi

Isu Nepotisme di Perpustakaan UMB

Perpustakaan UMB kini telah ‘cantik’.perbaikan dilakukan mulai dari penampilan maupun pelayanan. Namun



Perpustakaan yang awalnya terletak di lantai dua gedung C kini pindah tempat di lantai 5 tower UMB. Alasan pemindahan tempat dimaksudkan untuk memberikan wajah baru bagi perpustakaan. Perbaikan mulai dilakukan dari pelayanan hingga fasilitas yang tersedia. Fasilitas seperti loker dan meja baca jauh lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan sistem pelayanan kini terbuka sehingga mahasiswa dapat leluasa mencari buku yang diinginkannya sendiri tanpa harus membuka komputer terlebih dulu.
Staff yang dipekerjakan di perpustakaan Universitas Mercu Buana (UMB) berjumlah dua belas orang; sebelas orang bekerja di perpustakaan UMB Meruya dan satu orang di UMB Menteng, disinyalir melakukan nepotisme dalam hal perekrutan stafnya. Ketika perihal tersebut dikonfirmasikan pada pihak perpustakaan, baik staf maupun Kepala perpustakaan itu sendiri, menampik tudingan tersebut. Mereka menjelaskan, bahwa perekrutan staf perpustakaan dilakukan oleh Biro Sumber Daya Manusia (BSDM). “Perekrutan dilakukan oleh BSDM, jadi tidak mungkin jika terjadi nepotisme di perpustakaan,” jelas Winnie Kresnowiati selaku Kepala Perpustakaan UMB.
Pihak BSDM membenarkan hal tersebut. “Perekrutan memang dilakukan oleh pihak kami (Baca: BSDM),” ujar Natalia Santoso selaku Kepala BSDM. Sebelum dapat bekerja sebagai staf tetap perpustakaan, calon staf harus menjalani segala macam tes, terdiri dari wawancara, tes komputer dan psikotes. Hanya orang-orang dengan hasil tes tertinggi (disesuaikan dengan posisi yang diingingkan) yang dipilih menjadi karyawan UMB, termasuk staf perpustakaan. Selama 3-4 tahun terakhir, BSDM menggunakan sistem kontrak dalam hal perekrutannya.
Dia pun menambahkan, bahwa staf-staf tetap yang bekerja di perpustakaan saat ini adalah orang-orang yang lama bekerja di perpustakaan. Wajah-wajah baru yang ada di perpustakaan memang merupakan mahasiswa magang.
Tetapi, Natalia juga menambahkan, bahwa selama menjabat Kepala BSDM, tepatnya sekitar awal Januari 2009, pihaknya belum melakukan perekrutan kembali untuk staf perpustakaan. “BSDM memang bertugas untuk melakukan seleksi untuk setiap calon karyawan UMB, tidak hanya untuk perpustakaan saja,” jelasnya lanjut.
Nandy Waluyo selaku staf tetap perpustakaan berbeda pendapat. Dia menjelaskan, bahwa ada beberapa staf perpustakaan yang masih memiliki hubungan darah satu sama lain, namun mereka yang masih memiliki hubungan persaudaraan itu hanya sebatas saudara jauh.
Nepotisme kecilan-kecilan mungkin terjadi saat perekrutan mahasiswa yang ingin magang di perpustakan. Seperti yang diutarakan oleh Winnie, “Perekrutan mahasiswa magang dilakukan dari mulut ke mulut saja.” Dia menjelaskan, bahwa setiap mahasiswa magang yang sedang sibuk skripsi tidak boleh lagi magang di perpustakaan. Mahasiswa tersebut harus mencari seorang temannya untuk direkrut menjadi staf magang dengan diberitahu sistem kerjanya terlebih dahulu. “Hal ini kami lakukan agar mahasiswa tersebut dapat mengetahui job desk-nya ketika menjadi mahasiswa magang,” ungkapnya ketika ditemui di ruang kerjanya.

Buku-buku yang terdapat di perpustakaan saat ini semakin bertambah jumlahnya. Sekalipun tiap tahun masih terdapat buku perpustakaan yang hilang. Namun, hal tersebut tertutup oleh penambahan buku yang terus dilakukan oleh pihak perpustakaan. Banyak pihak mempertanyakan mengenai banyaknya buku sumbangan dari alumni UMB yang tidak jelas keberadaanya. Hal itu disanggah oleh Nandy Waluyo, “Buku dari alumni masih ada, tetapi ada juga yang rusak,” jelasnya.
Winnie pun sependapat dengan Nandy. Dia berujar bahwa memang terdapat buku-buku yang hilang setiap tahunnya, tetapi tidak ada ciri yang menjelaskan jika buku yang hilang itu buku sumbangan dari alumni. “Semua data buku yang terdapat di perpustakaan dimasukkan kedalam data base, jadi tidak ada seorangpun yang dapat memastikan bahwa buku yang hilang adalah buku sumbangan alumni,” tegasnya.
Nandy pun menambahkan bahwa saat ini banyak buku yang mengalami kerusakan, baik buku yag berasal dari sumbangan alumni maupun pembelian. Hal ini dikarenakan banyaknya buku yang terlalu sering di fotocopy oleh mahasiswa. Masih menurutnya, kualitas kertas buku-buku tersebut saat ini lebih jelek dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Perpustakaan sendiri telah menyumbangkan buku kurang lebih sebanyak 1.800 eksemplar kepada UMB Yogyakarta. Buku-buku yang disumbangkan merupakan buku-buku yang sudah tidak terpakai lagi di UMB Meruya, tetapi masih layak digunakan.
Mahasiswa pun dibuat bingung dengan penggunaan uang denda yang diberikan pihak perpustakaan apabila ada mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku. Winnie menjelaskan bahwa uang denda tersebut langsung disetorkan kepada pihak Biro Administrasi Keuangan (BAK) . “Karena sistem saat ini sudah on-line, jadi semua uang denda langsung disetorkan ke BAK,” katanya. *Ratna

UMB Tidak Punya Kepala


Minimnya tindakan regenerasi Student Government (SG) menjadikan kampus ini kembali ke masa sekolah. Dependensi tindakan mahasiswa dan ketidakmampuan mengatur diri sendiri dibiarkan seolah tak penting. Setahun sudah kita berjalan tanpa kepala, membuat organisasi kampus ini berjalan tanpa arah.

Oleh : Muhamad Wahyu


Setahun sudah mahasiswa UMB kehilangan nakhodanya. Nakhoda yang menjadi penanggung jawab atas semua kegiatan mahasiswa tingkat universitas dibiarkan terbengkalai tak terisi. Terhitung sejak oktober tahun lalu, rektorat secara de jure membekukan perangkat kepemerintahan Hadi Susanto dan Mahadita sebagai ketua BEM dan MPM 2007-2008.. Pembekuan ini diakibatkan atas ketidakmampuan BEM-U mengadakan pemilihan umum juga telah melewati masa jabatan. Tercatat tiga kali pembentukan Komisi Pemilihan Umum Pemilihan Raya (baca : KPU Pemira) tidak ada yang mendaftar. Ironisnya, organisasi tingkat fakultas pun diam tak berdaya. Miralda Genny, eks. Anggota Departemen Luar Negeri MPM 2007 mengatakan kesalahan vital saat itu adalah tidak adanya akumulasi kekuatan dari lokalitas fakultas, sehingga membuat pemilihan ini tidak solid. Setali tiga uang, Hadi juga mengatakan tidak semua anggota BEM-U aktif dalam program kerja BEM.
Ketidaksolidan inilah yang membuat momentum penyambutan mahasiswa baru 2009 menjadi tak terarah. Bongkar pasang Dunia Kampus (DK) menjadi catatan hitam student government (SG) UMB.. Kacaunya DK terlihat dari ambiguitas kinerja Badan Pengawas yang juga menjadi pelaksana dalam lapangan. Juga pada persiapan yang kurang matang. “Panitia dibentuk atas kondisi yang mendesak, jadi maklumin aja” ,ujar Solahudin sebagai ketua BP pada rapat evaluasi DK. Mental menunggu momentum ini memang disesalkan berbagai pihak terutama dari UKM, Ahmad Sahlan, Ketua Swatala 2009 beranggapan, mental mahasiswa masih sangat miris. “Mental organisasi saat ini masih sama seperti anak SMA ,“ tukasnya.
Mengenai status quo saat ini, Agustinus Bayu mengatakan letak kesalahan utama ada dalam diri mahasiswa. Tidak adanya mediator membuat perjalanan SG mengalami penurunan, sehingga mahasiswa tak bisa mandiri. Pernyataan mantan anggota komisi organisasi MPM ini berdasarkan analisis akan mental mahasiswa saat ini yang terlalu individualistis, apatis dan hedonis. “Kelihatan dari tidak adanya minat jadi KPU”, ujarnya.
Kegiatan BEM-U dibawah kepemimpinan Hadi memang diakui oleh Mahadita, sangat minim. Seharusnya proses kaderisasi yang menjadi ajang kompetisi melahirkan generasi kritis dan kreatif wajib berkelanjutan, sehingga gerakan dari lembaga formal lebih agresif, “Mahasiswa saat ini sudah takut pada akademik itu sendiri”, tuturnya. Mantan ketua MPM itu juga mensinyalir ada unsur sentimentil terhadap organisasi kampus oleh pihak-pihak tertentu. “Tidak etis jika saya mengatakan siapa pihak itu”.
Pembenaran akan realitas tak perduli, tentunya akan berakibat buruk pada nasib student Government di UMB ini. Preseden buruk mengenai vacum of power yang diimbuhkan oleh mahasiswa baru harus segera menemukan jalan keluar. Mempercepat pemilihan raya akan sangat menolong sebagai langkah revitalisasi kemandirian sikap mahasiswa. Bayu berpendapat, solusi yang tepat adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, sebagaimana yang diajarkan Ki Hajar Dewantara ketika melihat kondisi pendidikan Indonesia. Harapan menciptakan kampus sebagai miniatur negara, tentunya akan segera terwujud jika semua pihak berpartisipasi dan menanggalkan egoistik yang ada untuk memperjuangkan keberadaan BEM-U sebagai simbol integritas mahasiswa.

 
Edited Design by Ali Nardi | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes