Oleh Dini Anjungsari dan Vianita Listanti
Tahun akademik
2013/2014 akan segera dimulai, itu berarti akan hadir juga mahasiswa/i baru (maba) penerus keturunan
keluarga besar Universitas Mercu Buana. Sebelum memulai masa kuliah akademik,
‘adik-adik’ baru terlebih dahulu mengikuti masa orientasi yang kekinian bernama
Dunia Kampus (DK). Masa orientasi juga dikenal sebagai momen penyambutan mahasiswa/i
baru, yang mana hal ini memang sudah menjadi budaya dari tahun ke tahun di setiap
kampus.
Sebelumnya,
di tahun 1970-an DK lebih dikenal dengan nama Masa Prabakti Mahasiswa (MAPRAM).
Di era tersebut budaya penyambutan maba
kental akan perpeloncoan dan penggojlokan fisik, karena hal ini dinilai
melewati batas kewajaran maka berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud
(mendiknas-red) No.0125/D/U/1979 MAPRAM berubah nama menjadi Orientasi
Pengenalan Kampus (OSPEK). Kemudian, pada tanggal 2 April 1985 SK tersebut
disusul dengan dikeluarkannya surat
edaran dari Dirjen Dikti No. 651/D/U/1985 yang intinya menyatakan bahwa mulai
tahun 1985 perpeloncoan dan penggojlokan fisik harus dihapuskan dari lingkungan
kampus.
Dinamika
perjalanan penyambutan mahasiswa/i UMB sendiri memiliki banyak cerita. Sejak
pertama kali berdiri pada tahun 1981 hingga tahun 2013 ini setidaknya sudah 10
kali perubahan dalam sistem penyambutan maba.
Pada
awalnya Yayasan Menara Bakti membuka Akademi Wiraswasta Dewantara yang berdiri
resmi di tahun 1981. Saat itu, kegiatan penyambutan mahasiswa/I baru dilaksanakan
oleh para staff pengajar. Di masa itu OSPEK sendiri memiliki nama “Kontrak
Belajar” yang diikuti oleh 150 mahasiswa. Sistem yang berlangsung pada
1983-1984 ini, berisikan perjanjian komitmen mahasiswa tentang masa studi tepat
waktu. Perjanjian tesebut juga ditandatangani oleh seluruh mahasiswa di hari
terakhir OSPEK.
Empat tahun dari berdirinya AWD Yayasan Menara
Bakti membuka kampus baru bernama UMB. Di tahun 1989, OSPEK di kedua kampus
dipisahkan berdasarkan institusi masing-masing. Walaupun masih ada beberapa
staf kampus, namun keterlibatan mahasiswa di tahun ini lebih besar dan di tahun
berikutnya Ospek menjadi hak penuh
mahasiswa tanpa ada campur tangan dari pihak staf.
Pada
tahun 1989 AWD digabungkan ke UMB. Hal ini pun didukung oleh seluruh mahasiswa.
Perihal, penyambutan mahasiswa baru, biro kemahasiswaan berubah nama yakni
mengganti nama Ospek menjadi Orientasi Pendidikan (Ordik). Di masa ini
perpeloncoan secara fisik pun kembali terjadi dan hal ini terus terjadi hingga tahun
1993.
Hal yang
kontroversi sekaligus menjadi babak baru bagi Ospek UMB dimulai lagi tahun
1996. Dimana waktu itu, berdasarkan SK DIKTI yang mengintruksikan kepada
Pembantu Rektor (PUREK) III seluruh Indonesia untuk mengambil sebagian peran
mahasiswa dalam penyelenggaraan Ospek. Dengan adanya SK tersebut kampus mengubah
nama Ordik menjadi Pekan Pengenalan Studi dan Kampus (PSSK). Sebagian mahasiswa
tidak setuju dengan kebijakan ini karena menurut mereka sistem seperti ini akan
mengembalikan UMB ke era awal AWD dan UMB berdiri.
Masa
PSSK berlangsung hingga tahun 1999, pada masa itu perpeloncoan masih ditemukan.
Pada awal millenium baru, tahun ajaran 2000, pergantian nama Ospek pun kembali
terjadi dari PSSK menjadi Dunia Kampus (DK). Selanjutnya, polemik DK terjadi
lagi di tahun 2009/2010. Berdasarkan Notulen kajian Manajemen (Minutes of
Management Review, MoMR) tanggal 31 Juli 2009 nama Dunia Kampus (DK) berubah
nama menjadi Orientasi Studi Kampus dan Spiritual (OSKAS). Hasilnya adalah
kegiatan OSKAS diambil alih oleh pihak PUREK III (Dirmawa) sebagai panitia
penyelenggara acara dan mahasiswa hanya medapatkan porsi sebagai
pengawas
untuk pelaksanaan OSKAS ini. Keputusan yang dinilai sepihak ini juga menuai
berbagai kecaman dari mahasiswa karena dianggap mematikan hak-hak mahasiswa.
Satu tahun kemudian mahasiswa dipercaya sebagai penyelenggara DK sepenuhnya.
Di tahun 2011 DK
kembali dilaksanakan oleh pihak kampus (Dirmawa) dengan alasan karena
kekosongan jabatan ditingkat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas. Thomas Yuda Kristanda, mahasiswa yang
aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) beladiri angkatan
2009 yang selalu mengikuti kepanitian DK sejak 2010 mengiyakan hal tersebut, “Bukan karena
keputusan Dikti tapi karena adanya kekosongan jabatan di BEM Universitas, makanya DK di dominasi oleh pihak kampus.”
Hal ini masih
terus berlanjut hingga tahun 2013, ditambah dengan hasil Surat Keputusan Rektor Nomor :
01/353/G-Skep/VII/2013 tentang pelaksanaan DK.
Keputusan
yang dianggap sepihak itu, tidak bisa diterima oleh sebagian mahasiswa. Sala satunya di fakultas Teknik (FT). Mereka menolak keputusan
tersebut, walaupun sudah dilakukan mediasi antara mahasiwa dan pihak fakultas
namun tetap saja keinginan mahasiswa tidak bisa tercapai, sehingga lembaga-lembaga di
fakultas tersebut memilih untuk menyerahkan DK kepada fakultas. “Dengan kebesaran
hatinya mereka (baca: mahasiswa)
memutuskan untuk mengundurkan diri,” jelas Imam Hidayat selaku Pembina
kemahasiswaan FT.
Menanggapi
pernyataan Imam, Agus Fadlilah, Sekretaris HMJ Teknik Industri menyatakan hal
itu memang terpaksa mereka lakukan demi kelancaran acara.
Yusuf
Hermadi Ketua DK 2013 dan juga Ketua UKM Merpati Putih sepakat,
bila DK tahun ini porsi mahasiswa memang sedikit, lebih jauh iya merasa bahwa
pengambilan posisi kepanitian yang didominasi oleh rektorat dan dekanat membuat
DK menjadi hambar
“Gak asiknya mahasiswa kan karena pemahaman mahasiswa pelajar yang segala-galanya
lah bebas berekspresi, bebas berkreativitas, bebas berpendapat tapi di DK tahun
ini semua itu tertutup,“ ujarnya.
Meskipun
banyak pro dan kontra yang terjadi selama DK 2013 antara pihak mahasiswa dan
pihak rektorat,
acara tetap berlangsung dengan aman dan lancar, peserta DK tetap merasa senang
telah mengikuti kegiatan DK sebelum masuk menjadi mahasiswa baru. “Seru dari
pertama kali dateng yang tadinya gak punya temen jadi punya banyak temen,”
ungkap Dewi Wahyuni mahasiswi baru fakultas Ekonomi.