Saksi itu bernama TPS
003
Mulai dari perbedaan total suara dengan hasil suara, hingga munculnya
surat suara 'siluman' sebanyak 289 menjadi pemicu bentrokan malam itu. Suasana
berubah menjadi arena perang yang mencekam.
Setelah proses panjang, Jumat
(17/06) Universitas Mercu Buana (UMB) kembali melangsungkan Pemilihan Umum Raya
(Pemira). Jadwal Pemira yang mundur akibat pembubaran Komisi Pemilihan Umum
(KPU), akhirnya dilangsungkan pada tiga titik. Sayangnya, pesta demokrasi yang
diharapkan lancar tersebut, berakhir bentrok. Hal ini terjadi sekitar pukul
21.20 WIB di Tempat Pengambilan Suara (TPS) 003 setelah penghitungan suara
usai. TPS 003 yang berada di selasar gedung A (depan BAA) menjadi saksi bisu
awal kericuhan tersebut. Puluhan mahasiswa saat itu saling baku hantam. Malam
itu, UMB tak sunyi seperti malam-malam biasanya. Pecahan beling menghiasi
beberapa area kampus.
Berbeda dengan suasana pagi hari,
saat itu TPS 003 yang dikhususkan bagi
mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FE&B) dan Fakultas Psikologi (FPsi)
itu terlihat lengang. Pada pukul 10.00 WIB ketika pengambilan suara telah
dimulai pun tali-tali sebagai batas TPS belum terpasang. Sekitar pukul 11.00
WIB, TPS mulai dijejali mahasiswa. KPU terlihat tidak sigap, karena ada
beberapa orang dari tim KPPS muda (baca: angkatan 2010) yang berdiam diri saat
gerombolan mahasiswa datang serempak untuk memilih.
Di sela-sela kesibukan suasana,
terlihat calon presiden, wakil, dan ketua partai dari masing-masing partai
berlalu-lalang dan menegur ramah mahasiswa yang hendak memberikan suara sambil
ikut mengamati proses pemira tersebut. Bahkan, sempat terlihat pada waktu senggang tim KPU dan Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu) mengobrol santai dengan calon-calon dari salah satu
partai.
Keadaan mulai sibuk pada pukul
11.20 WIB, saat itu mahasiswa yang ingin memberikan suaranya datang lebih
banyak, membuat keadaan menjadi tidak kondusif. Tidak ada mahasiswa yang
mengantri walaupun ramai, bahkan meja tempat registrasi pemilih dipadati dan
beberapa orang ada yang menempati hingga
tali batas pemungutan suara. Keadaan berlangsung hingga istirahat.
Pemilihan suara diistirahatkan
mulai pukul 12.00 - 13.40 WIB, sementara kotak suara diamankan dalam toilet
khusus Pusat Operasional Perkuliahan (POP) di gedung D. Tim KPU pada TPS 003
diganti dengan TPS lainnya saat itu. Sekitar pukul 14.30 WIB, TPS 003 sudah
mulai sepi hingga resmi ditutup pada pukul 17.00 WIB.
Penghitungan suara di TPS 003
baru dimulai pada pukul 19.30 WIB. Hal ini terlambat dari jadwal sebelumnya
yakni habis maghrib. Saat itu, ada tiga orang yang mengenakan kemeja hitam
(baca : tim KPU), bertugas dalam penghitungan suara tersebut. Satu orang
bertugas membaca, satu orang bertugas meletakkan hasil suara yang telah di baca,
dan satu orang lainnya bertugas sebagai notulen.
Pembacaan hasil suara melibatkan
lima orang saksi, juga dilihat langsung oleh puluhan mahasiswa dan beberapa
orang satpam yang waspada ditempat sekitar. Sebelum memulai penghitungan suara,
salah seorang yang bertugas sebagai pembaca hasil menerangkan prosedur yang
sesuai dengan AD/ART.
Penghitungan suara memakan waktu
satu setengah jam dari total 523 pemilih berdasarkan data absensi pemilih.
Keadaan tidak terlalu kondusif, karena sempat beberapa kali terdengar sautan
dan sorak-sorai pendukung partai.
“Hidup nomor dua!” teriak salah
seorang dari pojok kiri.
“Partai kedaulatan, yes!” saut
seseorang lagi.
Salah seorang tim KPU yang
bertugas membacakan, sesekali memberi himbauan tegas pada pendukung partai agar
tetap tenang. Begitu pula bila ada suara yang tidak sah, beberapa orang kadang
komplain mengenai hal tersebut. Tim KPU mencoba menenangkan, bahkan sempat
membacakan ulang prosedur sah/tidak sahnya surat suara.
Hasilnya, partai no.2 menang
mutlak di TPS 003. Pendukung dari partai no.2 pun riuh atas keunggulan suara
tersebut. Mereka mulai menyanyikan yel-yel kemenangan dan keliling koridor
kampus. Sedangkan beberapa saksi dan mahasiswa pendukung partai no.1 masih
berada disana, menemukan kejanggalan akan hasil penghitungan tersebut. Jumlah
antara surat suara sah dengan tidak sah menunjukkan angka 612, selisih 89
suara.
“Hitung ulang dong!” ucap salah
seorang pendukung partai no.1 sambil mendekat pada meja perhitungan suara.
“Gimana nih KPU!” ungkap yang
lainnya bersautan.
Beberapa mahasiswa dan saksi
tersebut menuntut KPU untuk menghitung ulang total pemilih dari absensi
pendaftaran pemilih. Dari penghitungan tersebut, total pemilih dari FE&B
dan FPsi hanya 323 mahasiswa. Itu berarti surat suara yang dipertanyakan lebih
banyak lagi, yaitu 289 surat suara. Hal ini membuat suasana memanas, seseorang
diantaranya terlihat gusar dan mulai memutuskan tali-tali pembatas TPS.
Seolah tak yakin dengan
penghitungan, tim KPU mulai menghitung kembali. Saat itu ketua KPU ikut datang
dan menghitung. Mereka menghitung ulang seraya memberi pledoi bahwa tanda pada
data absensi membuat rancu, ada banyak tanda di sana (dengan stabilo, spidol,
dan hanya pemberian tanda titik). Ini dikarenakan KPPS yang memberi tanda pada
data absensi berbeda-beda dan tidak hadir pada saat perhitungan. Saat
penghitungan ulang, suara yel-yel dan teriakan kemenangan masa partai no.2
terdengar jelas, memecah konsentrasi, menjadikan suasana tidak kondusif.
Disaat suasana panas itu, para
mahasiswa di TPS 003 seakan-akan menuntut KPU untuk dapat menghitung lebih
cepat lagi. Hanya ada sekitar 12 orang di sana termasuk tim KPU. Sayangnya
suasana benar-benar tidak kondusif dan tak terkendali, sehingga salah satu
mahasiswa pendukung partai no.1 yang berada di TPS 003 menunjukkan emosinya
dengan mendorong bangku pada PTS hingga jatuh dan menimbulkan suara keras.
“Daaaaaaak!!!” bangku tersebut
jatuh terbanting
Suasana seperti ini berlanjut
dengan kerusuhan malam itu, beberapa mahasiswa refleks lari, tim KPU pun
menghilang dari keramaian mengamankan diri, beberapa diantaranya saling baku
hantam hingga keluar kampus (baca: hingga jalan raya depan halte gedung Tower).
Botol-botol minuman di koperasi pun menjadi senjata saling lempar. Puluhan
mahasiswa saat itu tak dapat dikendalikan oleh satpam. (Sri Noviyanti dan Iin
Parwati Seviarny)