Mediasi yang dilakukan pihak kemahasiswaan dengan kelembagaan mahasiswa antar fakultas dan beberapa UKM tak kunjung menemukan titik terang. Pasalnya tuntutan mahasiswa menyelengarakan Dunia Kampus (DK) setelah lebaran, adalah ‘Harga Mati.’
Mediasi yang dilakukan pihak kelembagaan mahasiswa, fakultas serta seluruh UKM di Universitas Mercu Buana (UMB) tak kunjung membuahkan hasil Win-win solution dengan pihak kemahasiswaan. Pasalnya pihak kemahasiswaan tidak menerima tuntutan mahasiswa untuk menyelenggarakan Dunia Kampus (DK) setelah hari raya idul fitri nanti. Pihak kemahasiswaan menilai tuntutan ini terlalu mengada-ngada dan jauh dari perijinan pihak rektorat. “Saya tidak berhak menyetujui atau tidaknya tuntutan ini sebelum memberikan laporan kepada direktur kemahasiswaan dan rektor, tapi Saya yakin pasti tuntutan ini dimentahkan oleh rektor,” ujar Rahman sebagai divisi pengendalian kegiatan kemahasiswaan.
Mendengar hasil dari mediasi yang dilakukan pada Rabu (19/08), sehari sebelum briefing OSKAS untuk fakultas ilmu komunikasi (FIKOM) dan fakultas teknik sipil (FTSP), pihak gabungan mahasiswa yang menamakan ‘aliansi mahasiswa’ tersebut menyatakan keras menolak opsi yang diajukan oleh kemahasiswaan dan Dunia Kampus dilaksanakan setelah lebaran adalah harga mati dari mahasiswa. Pasalnya, opsi tersebut berisi bahwa pihak mahasiswa diperbolehkan menggunakan dua hari terakhir OSKAS untuk full kegiatan mahasiswa tanpa intervensi acara universitas. “Kami dari kemahasiswaan sudah memberikan titik temu terbaik dengan memberikan waktu dua hari untuk mahasiswa. Namun pihak mahasiswa masih bersikeras menolaknya,” ujar Rahman.
Aksi menolak OSKAS secara paksa pun akhirnya tak terelakkan lagi. Kamis (20/08) saat acara briefing untuk persiapan OSKAS dari calon mahasiswa FIKOM dan FTSP yang berlangsung di aula UMB, perwakilan mahasiswa dari tiap fakultas berdemonstrasi di luar aula menentang penghentian acara tersebut. Pasalnya pihak kemahasiswaan dan rektorat tidak memperdulikan aspirasi mahasiswa. Praktis, bentrok antar mahasiswa dengan pihak keamanan pun terjadi. Sebagian fasilitas kampus seperti tempat sampah rusak akibat kejadian tersebut. Danu, salah seorang demonstran mengungkapkan, “Kita disini tidak akan anarkis seperti ini jika hak mahasiswa tidak ditiadakan seperti ini. Kami seperti ini karena suara kami sudah tidak didengar lagi oleh pihak kemahasiswaan,” Tukasnya semangat.
Ketegangan pun mencair setelah Rahman, perwakilan dari kemahasiswaan turun untuk bernegosiasi kembali dan kali ini dengan pihak rektorat. Praktis acara yang semula dikoordinir dari pihak kemahasiswaan diambil alih oleh para kelembagaan dan UKM. Sontak, para calon mahasiswa pun kaget dengan pengambil alihan acara tersebut. Ali-alih para mahasiswa dari berbagai kelembagaan itu sambil menunggu keputusan dari mediasi dengan pihak rektorat.
Di lain sisi perwakilan dari kelembagaan mahasiswa dan UKM bermediasi dengan Suharyadi selaku rektor UMB didampingi staff kemahasiswaan dan direktur kemahasiswaan Hadri mulya.. Pihak mahasiswa tetap bersikeras menyuarakan aspirasinya kepada rektor, tuntutan mereka kali ini terpecah menjadi dua suara, Roby arya perwakilan mahasiswa dari BEM FIKOM menuntut sama seperti konsep pertama yaitu mengadakan DK setelah lebaran, dan dari pihak Randy Eka perwakilan dari BEM FTSP meminta agar selama sembilan hari OSKAS, tiga hari terakhir acara untuk universitas, fakultas dan UKM. Kedua tuntutan ini masih perlu dipertimbangkan lebih dulu. “Saya akan mengevaluasi lebih lanjut tuntutan ini bersama dengan pihak kemahasiswaan dan para dekan. Setelah keputusan jadi, sudah tidak bisa diganggu gugat lagi oleh siapapun termasuk mahasiswa,” ujar Suharyadi.
Sementara calon mahasiswa yang berada di aula belum dipulangkan oleh aliansi mahasiswa sampai melewati jam pulang yang telah ditetapkan yaitu pukul 12.00 WIB. Tak ada tindakan berarti dari pihak kemahasiswaan dengan kejadian itu sebelum menunggu hasil keputusan rektor dan para jajarannya. Di acara tersebut seluruh perwakilan lembaga mahasiswa mengumumkan bahwa akan diadakan DK setelah lebaran nanti dan setelah OSKAS selesai mereka (baca: calon mahasiswa) harus mengenakan baju lengan panjang putih dan celana panjang hitam sampai pelaksanaan DK nanti. Ironisnya, hampir setengah dari jumlah mahasiswa kurang lebih 800 orang itu menyetujui pelaksanaan DK tersebut. Sebagai simbolis menyetujui usul yang diberikan pihak mahasiswa, tiap calon mahasiswa tersebut harus menandatangani bagian belakang tanda peserta OSKAS yang mereka pakai.
Selang beberapa menit setelah pengumuman DK, banyak dari calon mahasiswa menyatakan keberatannya atas pelaksanaan DK dan peraturan kostum yang ditetapkan aliansi mahasiswa. Mereka menganggap kebijakan ini terlalu memberatkan mahasiswa baru dengan mengadakan pengenalan kampus dalam dua acara yang berjauhan rentang waktunya. Tika calon mahasiswa desain grafis ’09 mengungkapkan keluh kesahnya, “Acara sekarang ini tidak jelas konsepnya apa plus bosenin banget. Dan masalah DK habis lebaran Saya tidak setuju, karena setelah OSKAS ini kan kita semua sudah menjadi mahasiswa, tapi kenapa harus dilantik ulang lagi. Saya takut itu hanya ospek ilegal saja,” ujarnya.
Berbeda dengan yang diungkapkan Tika, Haya calon mahasiswa broadcasting ’09 mendukung penuh acara DK yang akan diselenggarakan setelah lebaran itu. “Saya setuju kalau habis lebaran, karena kan kalau puasa itu jadi tidak maksimal kita mengikuti segala acara yang ada dan kebersamaan juga pasti jadi tidak kompak,” tuturnya. Haya juga menambahakan kalau acara yang sekarang diambil alih oleh mahasiswa itu jadi seperti acara tidak terkonsep. “Acara saat ini bener-bener tidak jelas dan ngebosenin. Padahal di jadwal sekarang ini hanya briefing buat OSKAS aja.”
Sekitar pukul 14.30 WIB aliansi mahasiswa dan pihak rektorat beserta kemahasiswaan kembali bermediasi. Dalam mediasi kali ini adalah pemberitahuan hasil keputusan rektor dengan para dekan beserta pihak kemahasiswaan yang telah dievaluasi kepada pihak mahasiswa. Hasil keputusan menetapkan bahwa pihak rektorat memberikan kebijakan selama kegiatan OSKAS sembilan hari, dua hari terakhir penuh dipergunakan untuk fakultas dan UKM tanpa intervensi dari kegiatan OSKAS yang sudah berlangsung selama enam hari sebelumnya. “Keputusan ini diputuskan berdasarkan hasil rembukan antara saya, para dekan dan kemahasiswaan, dan ini tidak bisa di ganggu gugat lagi,” tukas Suharyadi kepada forum.
Dalam keputusan tersebut aliansi mahasiswa tidak langsung menyetujui begitu saja keputusan yang diberikan pihak rektorat dan jajarannya tersebut. Mahasiswa meminta waktu untuk berkonsolidasi kembali dengan seluruh pihak kelembagaan mahasiswa yang memang tidak ikut dalam mediasi saat itu atau berada di luar ruangan. Mediasi kembali berlanjut sekitar pukul 16.45 WIB dan dalam mediasi kali ini menjadi puncak selesainya semua permasalahan. Pihak mahasiswa menyetujuai hasil keputusan rektorat dengan satu ajuan syarat lagi yaitu saat acara fakultas yaitu tanggal 29 Agustus 2009, harus diadakan buka puasa bersama. “Disaat itu kami akan mengeratkan kebersamaan seluruh fakultas kepada adik-adik kami,” jelas Randy dalam forum. Pihak rektorat akan mempertimbangkan kembali mengenai hal tersebut dan segera memberi konfirmasi kepada pihak mahasiswa. *Rizal
Mediasi yang dilakukan pihak kelembagaan mahasiswa, fakultas serta seluruh UKM di Universitas Mercu Buana (UMB) tak kunjung membuahkan hasil Win-win solution dengan pihak kemahasiswaan. Pasalnya pihak kemahasiswaan tidak menerima tuntutan mahasiswa untuk menyelenggarakan Dunia Kampus (DK) setelah hari raya idul fitri nanti. Pihak kemahasiswaan menilai tuntutan ini terlalu mengada-ngada dan jauh dari perijinan pihak rektorat. “Saya tidak berhak menyetujui atau tidaknya tuntutan ini sebelum memberikan laporan kepada direktur kemahasiswaan dan rektor, tapi Saya yakin pasti tuntutan ini dimentahkan oleh rektor,” ujar Rahman sebagai divisi pengendalian kegiatan kemahasiswaan.
Mendengar hasil dari mediasi yang dilakukan pada Rabu (19/08), sehari sebelum briefing OSKAS untuk fakultas ilmu komunikasi (FIKOM) dan fakultas teknik sipil (FTSP), pihak gabungan mahasiswa yang menamakan ‘aliansi mahasiswa’ tersebut menyatakan keras menolak opsi yang diajukan oleh kemahasiswaan dan Dunia Kampus dilaksanakan setelah lebaran adalah harga mati dari mahasiswa. Pasalnya, opsi tersebut berisi bahwa pihak mahasiswa diperbolehkan menggunakan dua hari terakhir OSKAS untuk full kegiatan mahasiswa tanpa intervensi acara universitas. “Kami dari kemahasiswaan sudah memberikan titik temu terbaik dengan memberikan waktu dua hari untuk mahasiswa. Namun pihak mahasiswa masih bersikeras menolaknya,” ujar Rahman.
Aksi menolak OSKAS secara paksa pun akhirnya tak terelakkan lagi. Kamis (20/08) saat acara briefing untuk persiapan OSKAS dari calon mahasiswa FIKOM dan FTSP yang berlangsung di aula UMB, perwakilan mahasiswa dari tiap fakultas berdemonstrasi di luar aula menentang penghentian acara tersebut. Pasalnya pihak kemahasiswaan dan rektorat tidak memperdulikan aspirasi mahasiswa. Praktis, bentrok antar mahasiswa dengan pihak keamanan pun terjadi. Sebagian fasilitas kampus seperti tempat sampah rusak akibat kejadian tersebut. Danu, salah seorang demonstran mengungkapkan, “Kita disini tidak akan anarkis seperti ini jika hak mahasiswa tidak ditiadakan seperti ini. Kami seperti ini karena suara kami sudah tidak didengar lagi oleh pihak kemahasiswaan,” Tukasnya semangat.
Ketegangan pun mencair setelah Rahman, perwakilan dari kemahasiswaan turun untuk bernegosiasi kembali dan kali ini dengan pihak rektorat. Praktis acara yang semula dikoordinir dari pihak kemahasiswaan diambil alih oleh para kelembagaan dan UKM. Sontak, para calon mahasiswa pun kaget dengan pengambil alihan acara tersebut. Ali-alih para mahasiswa dari berbagai kelembagaan itu sambil menunggu keputusan dari mediasi dengan pihak rektorat.
Di lain sisi perwakilan dari kelembagaan mahasiswa dan UKM bermediasi dengan Suharyadi selaku rektor UMB didampingi staff kemahasiswaan dan direktur kemahasiswaan Hadri mulya.. Pihak mahasiswa tetap bersikeras menyuarakan aspirasinya kepada rektor, tuntutan mereka kali ini terpecah menjadi dua suara, Roby arya perwakilan mahasiswa dari BEM FIKOM menuntut sama seperti konsep pertama yaitu mengadakan DK setelah lebaran, dan dari pihak Randy Eka perwakilan dari BEM FTSP meminta agar selama sembilan hari OSKAS, tiga hari terakhir acara untuk universitas, fakultas dan UKM. Kedua tuntutan ini masih perlu dipertimbangkan lebih dulu. “Saya akan mengevaluasi lebih lanjut tuntutan ini bersama dengan pihak kemahasiswaan dan para dekan. Setelah keputusan jadi, sudah tidak bisa diganggu gugat lagi oleh siapapun termasuk mahasiswa,” ujar Suharyadi.
Sementara calon mahasiswa yang berada di aula belum dipulangkan oleh aliansi mahasiswa sampai melewati jam pulang yang telah ditetapkan yaitu pukul 12.00 WIB. Tak ada tindakan berarti dari pihak kemahasiswaan dengan kejadian itu sebelum menunggu hasil keputusan rektor dan para jajarannya. Di acara tersebut seluruh perwakilan lembaga mahasiswa mengumumkan bahwa akan diadakan DK setelah lebaran nanti dan setelah OSKAS selesai mereka (baca: calon mahasiswa) harus mengenakan baju lengan panjang putih dan celana panjang hitam sampai pelaksanaan DK nanti. Ironisnya, hampir setengah dari jumlah mahasiswa kurang lebih 800 orang itu menyetujui pelaksanaan DK tersebut. Sebagai simbolis menyetujui usul yang diberikan pihak mahasiswa, tiap calon mahasiswa tersebut harus menandatangani bagian belakang tanda peserta OSKAS yang mereka pakai.
Selang beberapa menit setelah pengumuman DK, banyak dari calon mahasiswa menyatakan keberatannya atas pelaksanaan DK dan peraturan kostum yang ditetapkan aliansi mahasiswa. Mereka menganggap kebijakan ini terlalu memberatkan mahasiswa baru dengan mengadakan pengenalan kampus dalam dua acara yang berjauhan rentang waktunya. Tika calon mahasiswa desain grafis ’09 mengungkapkan keluh kesahnya, “Acara sekarang ini tidak jelas konsepnya apa plus bosenin banget. Dan masalah DK habis lebaran Saya tidak setuju, karena setelah OSKAS ini kan kita semua sudah menjadi mahasiswa, tapi kenapa harus dilantik ulang lagi. Saya takut itu hanya ospek ilegal saja,” ujarnya.
Berbeda dengan yang diungkapkan Tika, Haya calon mahasiswa broadcasting ’09 mendukung penuh acara DK yang akan diselenggarakan setelah lebaran itu. “Saya setuju kalau habis lebaran, karena kan kalau puasa itu jadi tidak maksimal kita mengikuti segala acara yang ada dan kebersamaan juga pasti jadi tidak kompak,” tuturnya. Haya juga menambahakan kalau acara yang sekarang diambil alih oleh mahasiswa itu jadi seperti acara tidak terkonsep. “Acara saat ini bener-bener tidak jelas dan ngebosenin. Padahal di jadwal sekarang ini hanya briefing buat OSKAS aja.”
Sekitar pukul 14.30 WIB aliansi mahasiswa dan pihak rektorat beserta kemahasiswaan kembali bermediasi. Dalam mediasi kali ini adalah pemberitahuan hasil keputusan rektor dengan para dekan beserta pihak kemahasiswaan yang telah dievaluasi kepada pihak mahasiswa. Hasil keputusan menetapkan bahwa pihak rektorat memberikan kebijakan selama kegiatan OSKAS sembilan hari, dua hari terakhir penuh dipergunakan untuk fakultas dan UKM tanpa intervensi dari kegiatan OSKAS yang sudah berlangsung selama enam hari sebelumnya. “Keputusan ini diputuskan berdasarkan hasil rembukan antara saya, para dekan dan kemahasiswaan, dan ini tidak bisa di ganggu gugat lagi,” tukas Suharyadi kepada forum.
Dalam keputusan tersebut aliansi mahasiswa tidak langsung menyetujui begitu saja keputusan yang diberikan pihak rektorat dan jajarannya tersebut. Mahasiswa meminta waktu untuk berkonsolidasi kembali dengan seluruh pihak kelembagaan mahasiswa yang memang tidak ikut dalam mediasi saat itu atau berada di luar ruangan. Mediasi kembali berlanjut sekitar pukul 16.45 WIB dan dalam mediasi kali ini menjadi puncak selesainya semua permasalahan. Pihak mahasiswa menyetujuai hasil keputusan rektorat dengan satu ajuan syarat lagi yaitu saat acara fakultas yaitu tanggal 29 Agustus 2009, harus diadakan buka puasa bersama. “Disaat itu kami akan mengeratkan kebersamaan seluruh fakultas kepada adik-adik kami,” jelas Randy dalam forum. Pihak rektorat akan mempertimbangkan kembali mengenai hal tersebut dan segera memberi konfirmasi kepada pihak mahasiswa. *Rizal